Saturday, August 29, 2009

BREAKING THE EGG

by: Erwin Setiawan, SH

Sessi andalan saya kalau pas lagi ceritanyah mah ngisi acara training itu kalau sudah masuk sessi ini. Sessi mecahin telor, bener-bener mecahin telor begitu. Indikatornya mudah saja kalau telornya pecah berarti sudah sukses. Beneran kan bener sukses, sukses mecahkuen telor maksud na mah... :-)

Tapi yang jauh lebih dahsyat justru sebenarnya apa yang bisa dijadikan ibrah dari memecahkan telor itu untuk sukses.

Seperti kita tau, se-awam-awamnya pasti kita ngerti kalau telor atau bahasa sopannya telur itu banyak manfaatnya. Ada protein, vitamin, zat besi dan lain-lain pokonamah begitu yah.

Nah telor dengan segala potensi kelebihannya itu tentunya punya manfaat untuk kita manusia. Si telor bisa memberikan manfaat kepada kita, dan kita bisa bisa memberikan manfaat kepada telor dengan mengambil manfaatnya tentunya sehingga si telor jadi tidak mubazir. Kalau mubazir kan diberdayakan oleh kita tidak, jadi menetas sebagai unggas atau burung atau binatang lain juga tidak.

Oleh karena dua belah pihak bisa saling memberi manfaat. Apapun yang bisa memberikan manfaat tetntunya kita sepakat itu adalah kesuksesan dalam segala ukurannya yang relatif.

Sayangnya telor dengan potensinya itu tidak bisa memberi manfaat kepada kita, dan karenanya kita juga akhirnya tidak bisa mengambil manfaat dari telor. Karena cangkangnya menghalangi kita dan telor untuk bisa saling memberi manfaat.

Maka untuk suskes yang ingin diraih tersebut mau ga mau si cangkang alias barrier yang menghalangi antara telor dan kita dan siapapun juga itu harus dipecahkan, harus dibuka, harus di luluh lantakkan. Sehingga potensi yang sedemikian dahsyat tersebut bisa segera dioptimalkan.

Kalau telor itu menetas pun jelas juga sukses dengan pecahnya si cangkang. Dari harga dan kualitas telor jadi harga dan kulaitas ayam (kalau itu jadinya ayam). Coba mahal mana telor goreng sama ayam goreng ?.

Artinya dengan memecahkan cangkangnya si telor telah bertransformasi (cieeeh...berat euuyy basana) menjadi sesuatu yang lebih bernilai tambah. Coba kalau cangkangg tersebut tidak pecah atau dipecahkan telor akan tetap jadi telor atau potensi ayam di dalamnya malahan mati tidak berguna lagi kecuali dibuang.

Nah demikian juga dengan kita manusia. Jelas keneh ceuk ustad mun manusia teh diciptakan dengan potensi dan bentuk dan segala-galanya yang sempurna bagaimanapun itu sebagaimana dikutip dari Al-Qur'an. Sehingga potensi itu akan meningkatkan kualitasnya, menjadikannya suskes tidak hanya dunia tapi juga menembus dunia alias akhirat. Ari ceuk do'a mah fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah begitu.

Tapi manusia juga punya barrier yang menghalagi dia untuk suskes ya cangkangnya itu seperti, malu, ga pd, akhlaq yang jelek, bodoh, tidak mau belajar, malas dan segala sifat jelek lainnya. Termasuk siapapun dia yang nyaman di zona nyamannya.

Maka kalau mau sukses harus pecah cangkangnya itu. Kalau kata pepatah mah mau pandai berarti mesti rajin berarti pecah si cangkang malas. Sampai mau masuk surga berarti harus pecah cangkangnya dari bermalas-malasan dalam beribadah, termasuk pecah si akhlaq jelek, pecah si maksiyat dan saudara-saudaranya. Otomatis membuat kita berusaha untuk bagaimana caranya bisa memecahkan cangkangnya telor itu.

Dalam simulasi saya meminta peserta untuk memecahkan dengan satu tangan dan caranya diremas. Lumayan agak susah juga. Nah kalau ga bisa sendiri maka ajaklah orang lain untuk membantu kita memecahkan telornya. Begitu juga jika kita tidak sanggup memecahkan cangkang diri kita untuk bisa menjadi suskes itu. Ajak atau bergabunglah dengan orang lain untuk memecahkannya. Insya Allah bebannya jadi lebih ringan dan peluang untuk pecah akan lebih besar. Demikian berkahnya berjamaah itu alias kerja tim. Memungkinkan segala yang ga mungkin menjadi mungkin.

Nah ketika pecah tentunya si telor akan muncrat. Itu resiko kita terima saja, karena tidak ada sukses tanpa resiko. Biasanya karena ini juga peserta banyak yang ga mau ke depan mecahin telor takut tangannya bau amis kena telornya. Jelas yang ga mau masih betah di zona nyamannya. Padahal resikonya sebentar abis itu dicuci sudah bersih lagi. Demikian juga resiko dalam hidup kita, coba kalau yang malas sholat shubuh nyangkanya ga enak banget kalau pas mau bangunnya, sehingga dia malas bangun dan tetap meneruskan zona nyamannya. Beda dengan yang bangun memang ada yang ga enak ketika bangun, maksa mata melek, jalan sempoyongan ke kamar mandi, gosok gigi. Tapi kalau udah selesai dan berhasil shalat shubuhnya, berjamaah lagi. Subhanallah indah betul rasanya, seger, paginya dapet banget gitu loch, enak di hati jauh lebih nikmat rasanya dibanding kalau ga bangun malah bangun kesiangan, lemes dan yang pasti shubuhnya kelewat.

Di situlah resiko menjadi penghalang yang menakutkan buat orang-orang yang ga mau berjuang meraih sukses buat dirinya yang sudah jelas sudah Allah persipakan untuk dia. Karena hakikatnya sukes itu bukan dicari tapi dijemput. Karena masa depan, rezeki dan segalanya sudah jelas bagi Allah buat masing-masing kita.

Maka apapaun susahnya, apapun halangannya pecahkan telor itu dengan segala mujahadah kita. Dan jika telah tunai segala usaha maka wakilkan saja segalanya kepada Allah. Sesungguhnya kepada Allah saja kesuksesan itu berada pada hakikat yang setinggi-tingginya.

Kurang lebih begitu kira-kira. Nuhun di maklum bilih aya kakurangan nana.....

Dikutip dari: http://trustco.or.id/breaking%20the%20egg.htm

TRANSFORMATIONAL & TRANSACTIONAL LEADERSHIP

by: Indra Kusumah S.Psi


Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. (Hadits)

Ada perubahan diskursus tentang kepemimpinan yang berkembang sekitar tahun 1980-an. Para peneliti tertarik pada bagaimana pemimpin melakukan transformasi dan perubahan organisasi. Hal tersebut melahirkan teori baru dalam kepemimpinan yang disebut Transformational Leadership dan Transactional Leadership. Ilmuwan yang berperan besar dalam mengenalkan teori ini adalah Bass (1985) dan Burns (1978).


TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP
Ada beberapa definisi berkaitan dengan transformational leadership, diantaranya:
  • Proses membangun komitmen pada tujuan organisasi dan memberdayakan pengikut untuk mencapai tujuan itu
  • Proses di mana pemimpin dan pengikut saling meningkatkan ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi
  • Proses meningkatkan kesadaran pengikut dengan menariknya:
  1. Ke arah cita-cita dan nilai-nilai moral yang lebih tinggi, seperti kebebasan, persamaan (hak), perdamaian dan kemanusiaan.
  2. Bukan ke arah emosi-emosi dasar seperti rasa takut, tamak, iri atau benci
  • Mengubah dan memotivasi anggotanya dengan:
  1. Membuat pengikut sadar terhadap pentingnya hasil usahanya
  2. Membujuk pengikut agar lebih mementingkan kepentingan organisasi atau tim daripada kepentingan pribadinya
  3. Mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi

Kebutuhan lebih tinggi yang dimaksud adalah seperti yang diungkapkan Abraham Maslow tentang hirarki kebutuhan. Semakin tinggi pencapaian kebutuhan, dianggap semakin bermakna, mulia dan unggul. Hirarki kebutuhan tersebut adalah :

  • Kebutuhan Fisiologis, yaitu perawatan biologis, makanan, air, seks dan sebagainya
  • Kebutuhan Rasa Aman, yaitu rasa aman, perlindungan dan stabilitas (kehidupan sehari-hari, fisik dan antar pribadi)
  • Kebutuhan Sosial, yaitu kasih sayang, afeksi, sense of belonging
  • Kebutuhan Penghargaan ( self esteem) , yaitu harga diri, rasa memiliki kompetensi dan keahlian, respek, prestise dan pengakuan
  • Kebutuhan Aktualisasi Diri, yaitu pengembangan dan penggunaan seluruh potensi secara sangat kreatif

Berbagai penelitian dilakukan untuk menguji bagaimana seorang pemimpin dapat mengubah kultur dan struktur organisasi agar konsisten dengan strategi manajemen sehingga tujuan organisasi tercapai.

Transformational Leadership diukur dari seberapa besar pengaruh seorang pemimpin pada bawahannya. Bawahannya ini percaya, kagum, setia dan hormat kepada sang pemimpin dan juga termotivasi untuk melakukan hal-hal yang lebih daripada yang sebenarnya diharapkan.

Seorang transformational leader memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Memanfaatkan kebutuhan manusia agar anggota mengembangkan makna
  • Selalu memikirkan tujuan, nilai, moral, etika dan tidak terpaku pada tujuan sehari-hari
  • Berorientasi ke arah pencapaian tujuan jangka panjang tanpa merusak nilai dan prinsip, serta berfokus kepada misi dan strategi untuk mencapai visi
  • Mampu memisahkan sebab dengan gejala dan melakukan upaya pencegahan
  • Menilai keuntungan/manfaat yang diperoleh sebagai dasar pengembangan
  • Bertindak proaktif, katalitis (mempercepat perkembangan anggota) dan sabar
  • Mendorong penggunaan penggunaan potensi insani anggota secara optimal
  • Mengenali dan mengembangkan anggota dengan menuntun ke arah yang baru
  • Memperlakukan anggota dengan kasih, mengakui dan menghargai kontribusinya
  • Selalu melakukan redesign kerja agar lebih bermaknan dan menantang
  • Menyejajarkan struktur dan sistem internal untuk mengembangkan nilai dan tujuan dalam aplikasi dilapangan.

Transformational leader memberikan standar tampilan kerja dan prestasi yang tinggi serta inspirasi untuk mencapai standar itu. Proses transformasional yang terjadi yaitu:

  • Biasanya melibatkan pendakian kebutuhan, sehingga anggota mampu self directing (mengarahkan diri) dan self reinforcing (memperkuat dan mendorong diri)
  • Meningkatkan anggota menjadi mampu self actualizing (mengembangkan diri), self regulating (mengatur diri) dan self controlling (mengendalikan diri)

Transformational Leader memiliki sikap, nilai dan keterampilan yang disebut atribut pemimpin transformasional, yaitu:

  • Memandang dirinya sebagai agent of change
  • Pengambil resiko yang bijaksana
  • Percaya pada orang dan peka terhadap kebutuhan mereka
  • Mampu mengungkapkan nilai-nilai utama yang menuntun tingkah lakunya
  • Fleksibel dan terbuka terhadap belajar dari pengalaman
  • Memiliki keterampilan kognitif serta yakin pada cara berpikir tertibdan perlunya analisis masalah secara hati-hati
  • Memiliki angan-angan ( dreams ) dan percaya pada intuisinya

Ada beberapa komponen Transformational Leadership yang dimiliki seorang pemimpin transformasional sejati, yaitu:

Stimulasi Ideal

Mampu menunjukkan perilaku yang bisa:

  • Membuat anggota bersemangat dalam melaksanakan tugasnya
  • Memberi keyakinan pada anggota (informasi, gagasan dan tindakan)
  • Menjadi contoh/suri tauladan
  • Mengilhami berkembangnya kesetiaan kepada organisasi
  • Membuat anggota merasa tenang jika berada di dekatnya
  • Membuat anggota merasa bangga kalau bergaul dengannya
  • Mengilhami kesetiaan anggota untuk bekerja sama
  • Mendorong anggota untuk mengungkapkan gagasan dan pendapatnya Ia juga mampu
  • Mengungkapkan gagasan/informasi yang bisa menjadi sumber inspirasi
  • Mengatasi setiap hambatan yang dihadapi
  • Memahami sudut pandang anggota

Stimulasi Inspirasional

Mampu menunjukkan perilaku yang bisa:

  • Mengembangkan rasa bangga pada anggota
  • Menggunakan kata-kata yang membangkitkan moril (semangat juang) anggota
  • Memberi contoh tentang apa yang diharapkan dalam kerja dan kerja sama
  • Memberi dorongan pribadi kepada anggota untuk mengembangkan keyakinannya
  • Membuat anggota merasa bangga pada tim dengan memberikan apresiasi terhadap kontribusi/keberhasilannya
  • Membangkitkan semangat dan rasa percaya diri pada anggota dengan cara:
- Mengapresiasi jika berhasil menyelesaikan tugas yang sulit
- Memandang/ menghargai bahwa tugas atau misinya sangat penting
- Memberi dorongan / spirit pada saat tim kurang memperlihatkan semangat kerja
  • Menjadi contoh tentang keberanian mengambil resiko dan pengabdian dengan cara:

- Menunjukkan kesediaan untuk berkorban

  • Tetap tinggal bersama dalam situasi yang mengundang resiiko keselamatan
  • Bersedia tetap bersama orang lain dalam situasi yang sulit

Stimulasi Intelektual

Mampu menunjukkan perilaku yang bisa:

  • Merangsang anggota untuk memikirkan kembali gagasan/tindakannya yang selama ini tidak pernah diragukannya
  • Mendorong anggota untuk berpikir tentang masalah yang dihadapi dengan menggunakan perspektif baru
  • Mengilhami anggota dengan cara-cara baru untuk melihat masalah yang dianggap membingungkan
  • Membuat anggota meningkat kesediaannya untuk mengerjakan lebih baik daripad apa yang diharapkan/diinginkannya
  • Merangsang anggota meningkatkan motivasinya untuk berhasil

Perhatian Individual

  • Memberi perhatian pribadi kepada anggota yang terabaikan
  • Mengetahui apa yang diinginkan anggota dan membantu untuk mendapatkannya
  • Menyatakan apresiasinya pada saat anggota menyelesaikan tugasnya dengan baik
  • Merasa puas apabila anggota memenuhi standar kinerja yang telah disepakati dengan baik
  • Memberikan pujian jika anggota melakukan pekerjaan yang baik
  • Memperlakukan setiap anggota secara individual
  • Membuat anggota merasa bisa mencapai tujuannya tanpa didampingi dirinya

Seorang pemimpin transformasional mampu menguasai perubahan dalam organisasinya karena ia adalah:

Berani

- Mampu menentang status quo
- Menghadapi realita sekalipun menyakitkan

Menunjukkan komitmen pada tugas transformasional

- Bekerja keras, cerdas dan menunjukkan kesediaan berkorban

Sangat percaya kepada karyawan

- Merupakan pemimpin yang bersemangat, coach dan konselor

- Hubungan interpersonal dengan karyawan dekat

Value Driven

  • Mengungkapkan secara jelas core values dalam tingkah laku
  • Didorong kepuasan membangun organisasi, melihat orang berkembang dan menyelesaikan segala sesuatu melalui orang lain

Visionary

  • Memiliki gagasan jelas tentang apa yang dibutuhkan perusahaan untuk berkompetisi di masa datang
  • Mampu mengkomunikasikan angan-angannya ( dreams)


Transactional Leadership

Ada beberapa definisi berkaitan dengan transactional leadership, diantaranya:

  • Proses memotivasi pengikut dengan menariknya ke arah kepentingan diri, mempertukarkan imbalan dan status dengan upaya yang dilakukan pengikut
  • Melibatkan nilai-nilai yang relevan dengan proses pertukaran itu seperti kejujuran, kewajaran, tanggung
  • jawab, dan timbal balik (saling membalas)
  • Di dasarkan pada wewenang Birokratis yang menekankan pada kekuasaan resmi serta menghormati aturan dan tradisi

Seorang transactional leader biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Memanfaatkan kebutuhan manusia untuk mengembangkan anggota agar mau bekerja dan memperoleh penghasilan
  • Selalu memikirkan kekuasaan, kedudukan politik, kemegahan dan terpaku kepada rutinitas sehari-hari
  • Berorientasi pada tujuan jangka pendek dan hard data
  • Mencampur adukan sebab dan gejala. Ia lebih banyak melakukan tindakan untuk mengatasi masalah daripada upaya pencegahan
  • Memfokuskan pada isu taktis
  • Bersandar pada human relations guna memperlancar interaksi antar anggota
  • Mengikuti dan memenuhi harapan dengan berusaha bekerja secara efektif dan efisien dalam sistem yang berlaku
  • Mendukung struktur dan sistem yang meningkatkan hasil keseluruhan, memaksimalkan efisiensi, dan menjamin keuntungan jangka pendek
Dikutip dari: http://trustco.or.id/transformational.htm

Saturday, August 08, 2009

Buat Semua Orang Yang Sedang Bersedih


Setiap insan pasti punya harapan, punya impian, dan tidak semua insan mendapatkan sesuatu yang ia harapkan. Dan sesungguhnya, hanya orang2 pilihan Allah saja yang dikaruniai ketegaran untuk bisa menjalankan scenario yang Allah buat untuknya, maka tiadalah Allah memberikan apapun untuk manusia kecuali hal yang baik….



Sebuah kutipan yang aku buat di article aku tempo hari. Sebagai pengingat , dimana Allah memberi warna di hari ini. Ada sedih ada bahagia ada seneng…dan ujung-ujungnya ada rasa syukur yang aku panjatkan pada Ilahi..seraya berkata…ya Allah, tak apa…toh Allah disana pasti melihat aku hari ini dan memberi senyum penuh arti bahwa aku akan tetap berjalan dalam kondisi baik-baik saja…:)

Pagi hari yang super dingin, aku sudah dirundung perasaan bersalah. Diantar mobil mama sampai stopan Pajajaran ke arah Jl Cicendo, disitu aku nyebrang dua kali menuju angkot Cisitu-Tegalega. Lumayan susah karena disana wilayah satu arah, at least semua mobil belok kiri langsung. Alhamdulillah ada mobil yang mengalah memberi untukku menyebrang. Dari jauh tampak seorang perempuan yang melihat aku, aku pikir tak masalah lah ya….aku berlalu dihadapan dia dengan perasaan datar..tapi, oh ya ampun…disebelahnya ada tongkat putih…at least wanita itu Buta dan barangkali ia mau nyebrang..ya aku telat menanggapi maksudnya…secara aku udah lewat begitu aja, mau balik lagi abang sopir angkot dah menunggu aku datang..gak` enak juga sama penumpang yang laen…di perjalanan tetap saja terus-terusan merasa bersalah…Ya Allah maafin, aku telat mengerti maksudnya, mudah2an ada dewa penolong lain..tapi aku sedih karena kehilangan kesempatan beramal..coba bayangkan, mataku yang sempurna aja sangat kesulitan menyebrang disana…Astagfirullah..

Banyak sekali orang yang bercerita tentang kesedihan di hari ini..kenapa ya?? Dan kenyataan lagi-lagi aku mendapat sedikit kekecewaan dalam hati. Duh Da…seraya berkata, buat apa aku simpan perasaan kecewa ini kenyataan itu semua bisa jadi tiada manfaatnya buat aku…keep smiles…Allah Maha Tau apa yang sebenarnya terjadi, seraya berkhusnudzon…dan bersyukur…Gak` boleh sedih :)

Sebetulnya, bisa jadi apa yang dipikirkan memang bukan untuk dipikirkan…sambil mencoba memanage hati agar tidak terbawa arus perasaan…secara apa yang pernah diungkapkan terus menerus ada dalam benak hati sanubari aku, mungkin ini bentuk penghormatannya, atau mungkin ini bentuk tali ukhuwah yang selalu ia katakan buat aku..rasa persaudaraan yang hanya buat ku saja maybe!! Posisi aku dan posisinya sama-sama akhwat biasa yang sedang belajar…ya sudahlah. Toh kenyataan…aku melakukan ini bukan karena omongan orang2 yang selalu menggaungkan betuk penjagaan buat Da…Da akan terus berjalan melihat apa yang mesti terjadi didepan sana, dengan keyakinan…karena Da tau ada pertolongan Allah disetiap hati orang yang bersabar…

Aku punya beberapa pesan, buat orang yang ingin tersenyum menghadapi kesedihan…

  1. Tersenyumlah, karena senyum membawa kita kepada keyakinan kepada Allah ada yg jauh lebih baik daripada itu…bangkitlah dengan melakukan hal-hal yang baik!
  2. Tersenyumlah, karena sangat banyak orang-orang yang lebih menderita…beryukurlah, betapa Allah sudah memberi banyak kenikmatan untuk kita dibandingkan yang lain, bersyukur dengan apa yang di depan mata…..
  3. Tersenyumlah, jangan gantungkan dirimu kepada orang lain. Karena itu adalah sebab dari kehancuran diri!!berpeganglah pada tangan Allah..pada saat orang-orang pergi entah kemana, satu persatu tiada yang peduli..tersenyumlah, karena saat itulah kita akan menyadari…innallaaha ma`ani…La tahzan, don`t be Sad!!
  4. Tersenyumlah, untuk sebuah kenyataan yang harus dihadapi…apapun yang terjadi adalah suratan TAKDIR ILAHI..kita hanya butuh kesabaran untuk menjalaninya!! Dan tiada lain Allah ciptakan semua itu untuk kebaikan kita semata…
  5. Tersenyumlah, untuk sebuah perjalanan di muka bumi, nikmatilah kesenduan ini..karena barangkali disanalah adanya ketenangan didalamnya!!

Dikutip dengan beberapa editan dari:

http://mylittlestories.wordpress.com/2008/02/22/buat-semua-orang-yang-sedang-bersedih/

Friday, July 17, 2009

Retrospective an Event

Reconstruction of Event Modeling: An opinion of The Interrelated Transaction
Catch The Even as Global View, Then Follow The Chain...Find a Playwright
By Fahmi G










  • Who is behind the scene?
  • Can we take from action/real event to review and get the original scenario?
  • Get the Director and get the playwright!
  • Don't miss a chain...

Sunday, July 05, 2009

Penggalan Cerita "Great Leadership": Umar Bin Abdul Aziz

1. SANG FISKALIS

"Tugas Negara adalah mengubah teori menjadi kenyataan, mengubah norma menjadi undang-undang, dan memindahkan keindahan etika menjadi praktek sehari-hari."
(Yusuf Qardhawi)

------------------------------------------------------
I
bnu Abdil Hakam meriwayatkan, Yahya bin Said, seorang petugas zakat di penghujung abad pertama hijriah berkata, ‘’Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikan kepada orang-orang miskin. Namun saya tidak menjumpai seorang pun. Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan semua rakyat pada waktu itu berkecukupan.’’

Abu Ubaid mengisahkan, Umar bin Abdul Aziz mengirim surat kepada Hamid bin Abdurrahman, Gubernur Irak agar membayar semua gaji dan hak rutin di provinsi itu. ‘’Saya sudah membayarkan semua gaji dan hak mereka. Namun di Baitul Mal masih banyak uang”. Khalifah Umar memerintahkan. ‘’Carilah orang yang dililit utang tetapi tidak boros. Berilah ia uang untuk melunasi utangnya.’’

Abdul Hamid kembali menyurati Kalifah Umar. ‘’Saya sudah membayar utang mereka, tetapi di Baitul Mal masih banyak uang.’’ Khalifah memerintah lagi. ‘’Kalau ada orang lajang yang tidak memiliki harta, lalu dia ingin menikah, nikahkan dia dan bayarlah maharnya.’’ Abdul Hamid sekali lagi menyurati Khalifah, ‘’Saya sudah menikahkan semua yang ingin nikah. Namun, di Baitul Mal ternyata masih banyak uang.’’

Kisah di atas adalah sepenggal kisah khalifah kelima—demikian sejarawan muslim menjuluki Umar bin Abdul Aziz karena keistimewaannya sebagai khalifah yang mirip dengan empat khulafaur rasyidin sebelumnya—di antara tiga puluh bulan masa kepemimpinannya. Tidak lama memang, namun dalam masa itu Umar bin Abdul Aziz berhasil mengelola negara dan memanifestasikan hadits Nabi SAW, “Seorang imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat), dan dia akan diminta pertanggungjawabannya terhadap rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keberhasilan dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat inilah yang membuat Umar bin Abdul Aziz tidak hanya layak disebut sebagai pemimpin negara, tetapi juga sebagai fiskalis muslim yang mampu merumuskan, mengelola, dan mengeksekusi kebijakan fiskal pada masa kekhalifahannya. Barangkali, istilah fiskal memang belum dikenal pada masa itu karena istilah ini baru digunakan pada abad 20 sebagai respon sistem ekonomi kapitalis atas depresiasi ekonomi yang melanda dunia pada tahun 1930.

Negara-negara Kapitalis menghadapi permasalahan yang besar dengan turunnya pendapatan pemerintah, perekonomian yang lesu, pengangguran yang meluas, dan inflasi. Kebijakan moneter yang selama ini digunakan pemerintah untuk menstabilkan ekonomi tidak dapat mengatasi depresi ekonomi. Sampai akhirnya John M. Keynes pada tahun 1936 menerbitkan bukunya yang terkenal The General Theory of Employment, Interest and Money. Buku Keynes ini merupakan peletak dasar diberlakukannya kebijakan fiskal oleh negara yang pada saat itu digunakan untuk mengatasi depresi ekonomi terutama di Amerika Serikat.

Jauh sebelum Keynes mencanangkan kebijakan fiskal untuk mengelola keuangan negara, distribusi kekayaan, dan menciptakan kesejahteraan, Umar bin Abdul Azizi telah membuktikan bahwa tak satu pun rakyatnya merasa kekurangan karena kesejahteraan yang merata. Kisah di awal tulisan ini jelas memberikan gambaran bahwa kebijakan Umar bin Adbul Aziz berhasil membangun kejayaan Dinasti Umayyah pada tahun 99-102H/717-720M.

Umar bin Abdul Aziz layak disebut fiskalis muslim karena memilki kebijakan pengelolaan keuangan negara yang relatif matang pada masanya. Hal ini dapat dilihat dari pengelolaan penerimaan negara yang meliputi pajak, zakat, khums (bagian seperlima), dan distribusi pengeluaran negara yang meliputi belanja pegawai, belanja peralatan administrasi negara, pendidikan, dan distribusi zakat.

Umar bin Abdul Aziz memiliki pandangan bahwa menciptakan kesejahteraan masyarakat bukan dengan cara mengumpulkan pajak sebanyak-banyaknya seperti yang dilakukan oleh para khalifah Bani Umayyah sebelum Umar, melainkan dengan mengoptimalkan kekayaan alam yang ada, dan mengelola keuangan negara dengan efektif dan efisien. Umar bin Abdul Aziz akan langsung menegur gubernur atau pegawainya yang boros dalam menggunakan anggaran negara, seperti kutipan surat Umar bin Abdul Aziz kepada Muhammad bin Amru bin Hazm, Gubernur Madinah:

“Amma ba’du. Telah aku baca suratmu kepada Sulaiman bahwa para amir kota sebelum kamu telah diberi lilin jenis begini dan begini, dan diberi jatah kertas untuk kebutuhan kaum Muslimin. Mereka menjadikan lilin itu sebagai penerang saat mereka keluar. Aku merasa tersiksa atas jawabanmu di dalamnya. Sungguh aku telah berjanji padamu, wahai Muhammad bin Amru bin Hazm, agar kamu keluar dari rumahmu dalam keadaan gelap gulita tidak memakai penerang. Sungguh, kamu dulu lebih baik daripada kamu sekarang dan lentera yang rusak sudah bisa membuatmu cukup. Dan, jika datang padamu tulisanku ini, ketatkanlah tulisan dengan pena, kumpulkanlah tulisan, dan kumpulkanlah tulisan mengenai kebutuhan yang banyak dalam satu lembar kertas. Sesungguhnya, kaum Muslimin tidak perlu perkataan detail yang mengancam Baitul Mal mereka dengan pemborosan yang tidak perlu. Wassalamu’alaik.”

Surat di atas merupakan salah satu bentuk komitmen Umar bin Abdul Aziz bahwa dalam merumuskan kebijakan perlu pengawalan yang ketat agar tujuan dari kebijakan tersebut benar-benar dapat dicapai. Hal ini terbukti dari kemampuan Umar bin Abdul Aziz memindahkan teori, norma, dan keindahan etika menjadi kenyataan, undang-undang, dan kesejahteraan bagi masyarkat seperti ungkapan Yusuf Qardhawi di awal tulisan ini.
Tentu, masih banyak lagi fakta sejarah yang menujukkan bahwa umar tidak hanya seorang pemimpin negara yang luar biasa, tetapi ia juga seorang fiskalis muslim yang memberikan inspirasi dan dasar bagi pengembangan ekonomi Islam selanjutnya. Sang fiskalis yang mampu membuat kenangan, hingga orang-orang pun berkisah, “Dia tidak wafat, kecuali setelah membuat seluruh rakyatnya kaya.” (Abdullah bin Abdul Hakam dalam Biogafi Umar bin Abdul Aziz, alih bahasa, Habiburrahman Syaerozie, hal. 88-89). Sebuah kesan, sekaligus tantangan bagi para ekonom muslim saat ini untuk mewujudkan kembali kejayaan ekonomi umat dan kesejahteraan masyarakat dunia.

2. Latar Belakang Kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz

Kedekatan Umar dengan Sulaiman

Sulaiman bin Adbul-Malik merupakan sepupu langsung dengan Umar. Mereka berdua sangat erat dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik, dunia dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat kukuh dan stabil.

Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.
Sulaiman bertanya kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?" dengan niat agar dapat membakar semangat Umar ketika melihat kekuatan pasukan yang telah dilatih.

Namun jawab Umar, "Aku sedang lihat dunia itu sedang makan antara satu dengan yang lain, dan engkau adalah orang yang paling bertanggung jawab dan akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".

Khalifah Sulaiman berkata lagi "Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita ini?"
Balas Umar lagi, "Bahkan yang paling hebat dan mengagumkan adalah orang yang mengenali Allah kemudian mendurhakai-Nya, mengenali setan kemudian mengikutinya, mengenali dunia kemudian condong kepada dunia".
Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun beliau menerima dengan hati terbuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.

Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan dibesarkan dalam sekolah Islam dan terdidik dengan ilmu Al-Qur’an. Ayahnya adalah seorang khalifah. Abdul Malik bin Marwan dan suaminya juga seorang khalifah, yakni Umar bin Abdul Aziz. Keempat saudaranya pun semua khalifah, yaitu Al Walid Sulaiman, Al Yazid, dan Hisyam. Ketika Fatimah dipinang untuk Umar bin Abdul Aziz, pada waktu itu Umar masih layaknya orang kebanyakan bukan sebagai calon pemangku jabatan khalifah. Sebagai putera dan saudari para khalifah, perkawinan Fatimah dirayakan dengan resmi dan besar-besaran, dan ditata dengan perhiasan emas mutu-manikam yang tiada ternilai indah dan harganya. Namun sesudah perkawinannya usai, sesudah Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah dan Amirul Mukminin, Umar langsung mengajukan pilihan kepada Fatimah, isteri tercinta. Umar berkata kepadanya, “Isteriku sayang, aku harap engkau memilih satu di antar dua.” Fatimah bertanya kepada suaminya, “Memilih apa, kakanda?” Umar bin Abdul Azz menerangkan, “Memilih antara perhiasan emas berlian yang kau pakai atau Umar bin Abdul Aziz yang mendampingimu.” “Demi Allah,” kata Fatimah, “Aku tidak memilih pendamping lebih mulia daripadamu, ya Amirul Mukminin. Inilah emas permata dan seluruh perhiasanku.” Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima semua perhiasan itu dan menyerahkannya ke Baitulmal, kas Negara kaum muslimin. Sementara Umar bin Abdul Aziz dan keluarganya makan makanan rakyat biasa, yaitu roti dan garam sedikit.

Pada suatu hari raya puteri-puterinya datang kepadanya, “Ya Ayah, besok hari raya. Kami tidak punya baju baru…”. Mendengar keluhan puteri-puterinya itu, khalifah Umar berkata kepada mereka. “Wahai puteri-puteriku sayang, hari raya itu bukan bagi orang yang berbaju baru, akan tetapi bagi yang takut kepada ancaman Allah.”

Mengetahui hal tersebut, pengelola baitulmal berusaha menengahi, “Ya Amirul Mukminin, kiranya tidak akan menimbulkan masalah kalau untuk baginda diberikan gaji di muka setiap bulan.” Umar bin Abdul Aziz sangat marah mendengar perkataan pengurus Baitulmal. Ia berkata, “Celaka engkau! Apakah kau tahu ilmu gaib bahwa aku akan hidup hingga esok hari!?”

Ketika ajalnya hampir tiba, beliau meninggalkan 15 orang anak lelaki dan perempuan. Banyak keluarganya yang datang menanyakan apa yang ditinggalkannya pada keluarganya. Jawaban Umar bin Abdul Azis ialah, “Aku tinggalkan untuk mereka ketaqwaan pada Allah. Kalau mereka tergolong orang yang shaleh, maka Allah telah menjamin akan mengayomi mereka. Tetapi kalau mereka tergolong orang yang tidak sholeh, aku tidak akan meninggalkan apa pun yang bisa mereka gunakan untuk bermaksiat pada Allah.”

Demikianlah Umar bin Abdul Aziz menginggalkan dunia yang fana ini. Dia digantikan oleh iparnya, Yazid bin Abdul Malik.

Pada suatu hari Yazid memanggil saudarinya, Fatimah seraya berkata, “Fatimah, aku tahu suamimu, Umar bin Abdul Aziz telah merampas semua perhiasanmu dan memasukkannya ke Baitulmal. Kalau engkau mau, maka akan kukembalikan lagi perhiasan itu kepadamu.” Dengan tegas Fatimah menjawab, “Ya Yazid, apakah kau hendak memaksaku mengambil apa yang oleh Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz telah diberikan kepada Baitulmal? Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, aku tidak akan menaatinya pada waktu hidup dan menggusarkannya sesudah beliau meninggal dunia walaupun hanya sedikit.”

Sumber:
http://ppsdms.org/ibp-angga-antagia-umar-bin-abdul-aziz-sang-fiskalis-muslim.htm
http://www.oaseislam.com/modules.php?name=News&file=article&sid=191
http://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Abdul-Aziz

Sunday, May 31, 2009

MENCARI PATRIOTISME INDONESIA KINI

Ada banyak tokoh-tokoh patriotisme Indonesia yang pantas menjadi teladan bagi pencarian patriotisme jaman sekarang ini. Di saat jaman kita ini dipenuhi oleh banyak pemimpin yang tidak tahu diri, banyak elit politik yang main-main dengan bumi pertiwi, makin terasalah kebutuhan untuk mencari dan membangkitkan patriotisme yang selaras dengan gerak jaman. Kita mengenal patriotisme ala samurai di Jepang, yang ditandai oleh jiwa keberanian mengorbankan nyawa demi membela dan melindungi bumi pertiwi dan segenap masyarakatnya. Para samurai dianggap berjiwa agung bukan karena keberaniannya membunuh tanpa belas kasihan, tetapi karena dengan pengorbanannya mereka tidak hanya menjunjung cinta pada tanah air saja, tetapi terlebih untuk melayani hidup dan kedamaian seluruh penduduknya. Yang dikurbankan tidak hanya diri sendiri, tetapi juga harta. Dalam istilah jawa hal ini dikenal sebagai jiwa berkurban tanpa pamrih. Di Tiongkok kita juga bisa mengenal patriotisme ala kependekaran-pedang (swordmanship). Para pendekar pedang digambarkan juga sebagai orang-orang yang berjiwa luhur justru karena keberaniannya untuk membela rakyat dan negeri sampai sehabis-habisnya.
Pada umumnya gambaran seorang yang memiliki jiwa patriotis itu adalah orang-orang yang mencintai tanah airnya sampai titik darah penghabisan. Mereka tidak hanya sekedar mencintai keluarga, sanak kadang dan kelompok kroninya, tetapi mencintai tanah air setuntas-tuntasnya. Artinya, mencintai tanah air tidak hanya sekedar mencintai daerah, wilayah, pulau, negeri dalam arti geografis, tetapi lebih dari itu adalah mencintai rakyat seluruh negeri. Kebahagiaan seorang patriot adalah kebahagiaan orang yang melihat kedamaian, kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyatnya. Dalam upaya menumbuhkan patriotisme itu, di Indonesia pernah digembar-gemborkan semangat empat lima. Atau ada beberapa ahli yang menggalinya dari khasanah wayang Jawa dengan istilah Tri Pama (Tiga Teladan) yang menunjuk pada semangat patriotisme Kumbakarna, Sumantri dan Basukarna. Masih relevankah semangat empat lima, dan semangat "tri pama" bagi patriotisme Indonesia di jaman globalisasi ini? Kalau diambil saripati patriotisme sebagai semangat cinta tanah air dan seluruh rakyatnya, tentulah kita masih mengakui relevansinya. Tetapi pertanyaan yang lebih urgen lagi bagi penulis adalah mengapa jiwa dan semangat patriotisme yang demikian terdengar asing di jaman kita ini? Mengapa semangat patriotisme yang penuh pelayanan bagi keadilan, kesejahteraan dan perdamaian rakyat Indonesia tidak tumbuh subur?
Penulis melihat beberapa faktor yang sangat mempengaruhi terhadap kemiskinan patriotisme di Indonesia sekarang ini.
Pertama, dominasi militerisme yang terlalu kuat di jaman Orde Baru. Militerisme di jaman Orde Baru telah menggeser semangat patriotisme yang merakyat. Slogan-slogan seperti semangat empat lima, persatuan dan kesatuan bangsa, telah dipakai untuk membenarkan segala tindakan yang pada dasarnya untuk kepentingan segelintir orang saja. Hutan-hutan sudah dikapling-kapling, penjarahan secara nasional terhadap aset-aset ekonomi, pengabaian norma-norma kemanusiaan telah dibenarkan oleh slogan-slogan yang sarat untuk melindungi penguasa. Di sinilah tumbuhnya semangat yang memuja harta, kuasa dan pangkat merebak bagai virus yang menggerogoti seluruh sendi kebangsaan kita.
Kedua, gelombang dahsyat kesadaran akan nilai hakiki kemanusiaan. Globalisasi tidak hanya membawa kepentingan para pemodal internasional, tetapi secara positif mau tidak mau harus diakui telah menumbuhkan pula kesadaran global akan nilai-nilai kemanusiaan. Segala isme- termasuk di sini jenis patriotisme sempit ala militer - yang diwarnai oleh genocide dan penindasan terhadap kemanusiaan telah dianggap musuh dunia. Bagi rakyat Indonesia kiranya pengalaman telah memberi pelajaran berharga tentang apa artinya patriotisme sejati. Rakyat belajar mulai mengerti pengkhianatan-pengkhianatan yang sedang dilakukan para pemimpin dengan menginjak-injak hak-hak sipil. Rakyat justru sedang bergerak dalam pemahaman patriotisme yang menjunjung hak-hak asasi manusia.
Ketiga, dominasi kaum pengkhianat negeri yang kian merajalela. Kategori "pengkhianat" di sini dilawankan dengan kategori "patriot pelayan" bagi bangsa dan tanah air. Pengkhianat lebih mementingkan kepentingan kelompok dan kroninya daripada kepentingan seluruh rakyat. Tetapi, kondisi kesenjangan politis telah menempatkan rakyat pada posisi ketidakberdayaan. Artinya sistem tetap memihak pada kepentingan kroni, partai dan kelompok tertentu daripada kepentingan umum. Kesenjangan yang demikian menimbulkan antipati masyarakat pada politik. Di samping itu, kekosongan gambaran patriotisme yang seharusnya dimainkan oleh para pemimpin dan elit politik kita kian makin kentara dan terasa.
Keempat, iklim pendidikan kita yang sangat diwarnai sektarianisme. Iklim pendidikan yang cenderung menjunjung nilai-nilai eksklusif kelompok saja tidak akan menyuburkan bagi tumbuhnya semangat patriotisme sejati di bumi Indonesia. Sebaliknya, iklim pendidikan yang demikian hanya akan menyuburkan tumbuhnya para militan pengkhianat negeri. Sangat disayangkan, sekolah-sekolah yang sangat positif menumbuhkan semangat patriotisme Indonesia seperti Taman Siswa malahan seperti kurang mendapat perhatian semestinya. Sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah telah menjadi ajang perebutan pengaruh kelompok sektarian. Keempat faktor itu kiranya cukup memberikan alasan mengapa patriot-patriot sejati kini sangat jarang dilahirkan di bumi Indonesia. Kita mungkin butuh mengembangkan semangat "samurai" atau "swordmanship" yang lebih menjawab tantangan jaman sekarang ini.

Semangat patriotisme semacam apa itu? Penulis ingin menyebutnya semangat patriotisme kemanusiaan. Itulah kiranya yang sekarang ini sangat kita butuhkan. Semangat patriotisme kemanusiaan tidak hanya menjadi monopoli sipil saja, tetapi juga bisa ditumbuhkan dalam tubuh tentara-tentara profesional kita. Semangat itu perlu ditandai oleh karakter-karakter luhur seperti keberanian membela tanah air dan rakyat sehabis-habisnya, menjunjung nilai keadilan bagi segenap rakyat Indonesia, menjunjung nilai perdamaian demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Sebaliknya, karakter-karakter pengkhianat perlu dienyahkan dari generai para pemimpin bangsa sekarang ini. Karakter-karakter itu antara lain penipu dan pendusta publik, korup dan sewenang-wenang, penyogok keadilan, antek keserakahan yang menyengsarakan rakyat. Masih bisa dijereng lebih panjang lagi litani semangat patriotisme sejati dan litani virus karakter pengkhianat negeri. Penulis masih memiliki harapan. Di tengah galau dan kacaunya negeri ini, takkan terhalau semangat patriotisme sejati dari bumi pertiwi. Semoga jiwa emas pun lahir ditengah-tengah lumpur elit negeri ini.

Dikutip dari (dengan beberapa editan): http://www.forums.apakabar.ws/viewtopic.php?f=1&t=14254

Original Penulis: Tangkisan Letug

Saturday, May 30, 2009

PANTANG MENYERAH

Seorang pesenam Jepang meraih medali emas impiannya setelah menari dengan indah. Padahal sehari sebelumnya, tumitnya retak dan dokter menyatakan dia akan cacat seumur hidup. Rasa sakit dikalahkan oleh kemauan yang sangat kuat. Sepasang mahasiswa drop-out memulai sebuah usaha kecil kecilan yang sama sekali tidak diperhitungkan akan menjadi besar. Kini BILL GATES dan TIM ALEN merupakan dua orang legenda software dunia, padahal dia hanya berijazahkan high school (SMA) Seorang veteran perang dunia pertama menawarkan resep masakan keluarganya kepada 1000 orang yang dinilainya dapat memberikan modal usaha mengembangkan restoran. Seribu orang itu menolaknya, tetapi dia pantang menyerah. Bayangkan jika saat itu colonel SANDERS memutuskan untuk berhenti pada penolakan yang ke 999, hari ini kita tidak akann mengenal yang namanya KENTUCKY FRIED CHIKENKetika percobaan lampunya yang ke sekian ratus kali gagal, Thomas Alfa Edison berkata kepada seorang wartawan : “saya tidak gagal !!! BAhkan saya baru saja berhasil menemukan cara ke 879 untuk TIDAK BISA membuat LAMPU” PANTANG MENYERAH ………. !!!!!!!!!!!!!

Dikutip (100% termasuk gambar) dari: http://mozaikkata.blogspot.com/2009/02/pantang-menyerah.html

Saturday, May 16, 2009

CERITA TENTANG MATAHARI

"Demi matahari dan sinarnya di pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang apabila menampakannya, demi malam apabila menutupinya (gelap gulita), demi langit serta pembinaannya (yang menakjubkan), demi bumi serta penghamparannya, demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) Nya, maka dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikan (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.."(QS. Asy-Syams :1-10)
Suatu hari seorang anak bertanya pada ibunya, “ Ibu, ceritakan aku tentang matahari?”. Dengan lembutnya sang ibu bercerita,“Matahari merupakan sebuah karunia yang Allah berikan kepada makhluk hidup tidak hanya di dunia ini saja tapi juga kepada seluruh alam semesta. Kehadirannya membawa peran penting dalam keberlangsungan hidup. Di pagi hari ia bersinar di ufuk timur memberi kehangatan dan energy kepada yang menerima sinarnya untuk memulai aktifitas. Matahari yang cerah menyinari setiap sudut di bumi sehingga dunia terlihat begitu indah dengan warna-warni kehidupannya. Dengan sinarnya tumbuhan hijau dapat berfotosintesis sehingga mampu menghasilkan bahan makanan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama manusia. Dengan sinarnya manusia dan makhluk hidup lain dapat berinteraksi satu sama lain, melihat wajah saudara, teman dan sahabat, dapat tumbuh semakin dewasa seiring dengan pengalaman-pengalaman hidup yang ia rasakan. Di siang hari ketika matahari bersinar terik, sinarnya yang panas membuat manusia merasakan kehausan sehingga dapat merasakan nikmatnya melepas dahaga dengan seteguk air. Di sore hari ketika matahari akan terbenam di ufuk barat, ia menampilkan pemandangan yang cantik berwarna merah jingga. Ketidakhadirannya di malam hari memberi kesempatan kepada seluruh makhluk untuk beristirahat melepas lelah setelah beraktifitas sepanjang hari.”
Sang anak lalu bertanya, “Ibu, apakah ketika malam hari matahari berhenti bersinar?”. Sang ibu menjawab, “ Anakku, sesungguhnya matahari tak pernah berhenti bersinar. Ketika ia tidak menyinari bagian bumi yang satu, sesungguhnya ia sedang menyinari bagian bumi yang lain.” Sang anak kembali bertanyal,”Bagaimana bila matahari sudah tidak mampu lagi bersinar?”.
Sang ibu diam sejenak..
“Anakku, bila matahari sudah berhenti bersinar maka tidak akan ada lagi kehidupan di dunia ini. Semua makhluk hidup akan merasa sangat kehilangan karena sesuatu yang sangat penting bagi mereka telah hilang. Mereka akan mati karena kebutuhan mereka tidak terpenuhi yaitu kebutuhan akan cahaya. Meskipun matahari sudah berhenti bersinar, namanya akan selalu diingat oleh makhluk hidup dimanapun karena manfaat yang begitu besar yang sudah dia berikan kepada seluruh makhluk hidup di dunia ini”
“Bu, aku ingin menjadi seperti matahari yang bisa memberi manfaat kepada banyak orang” ujar sang anak. Sambil mengecup kening anaknya, sang ibu berkata, “Tentu anakku. Saat ini pun kau telah menjadi matahari di hati ibu".

Thursday, April 23, 2009

Aku dan Adikku - Sebuah renungan

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning,dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya,Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya."Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara.Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa
mendatang? ...
Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung.Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya?Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalahadikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu.
Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya."Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya."Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti.
Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.
Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun,mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"

"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.
Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakkudan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.

Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Dikutip dari:
http://renungan-indah.blogspot.com/2009/02/aku-dan-adikku-sebuah-renungan.html

Telah dibayar lunas dengan segelas susu

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa di kantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar.
Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.

Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?"
Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun".
"Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu menambahkan.
Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata :" Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda."

Sekian belas tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis.
Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup menanganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.
Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan.
Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly.
Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut.

Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan..
. Wanita itu sembuh !!.
Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwaia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya.
Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatuannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut.
Ia membaca tulisan yang berbunyi.. "Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu.."
tertanda, DR Howard Kelly.
Air mata kebahagiaan membanjiri matanya.

Dikutip dari:
http://renungan-indah.blogspot.com/2009/01/telah-dibayar-lunas-dengan-segelas-susu.html

Friday, March 13, 2009

Mobile Market Analysis

Currently Mobile Device business is very interesting business. Based on the survey, Smart Phones has 22% of mobile market. Market demands of mobile device are influenced by several factors, such as:

  1. Form Factor and Easy to use, An easily overlooked factor, ease of use - in terms of both hardware form factor and user interface - can be critical to the success or otherwise of a mobile device roll-out, according to according toprep.1. As stated or indicated by; on the authority of: according to historians.2. In keeping with: according to instructions.3. users and systems integrators. Get it wrong and users may be inclined to leave their device at home. Major savings in terms of technical support, administration and end-user operations can be achieved using devices with simple to understand, user-friendly interfaces, something that has long been a trademark of Palm OS. This fact was reflected in Gartner's findings that Palm OS-powered devices produced a lower TCO (1) (Total Cost of Ownership) The cost of using a computer. It includes the cost of the hardware, software and upgrades as well as the cost of the inhouse staff and/or consultants that provide training and technical support. See ROI. than their Pocket PC-based rivals, with their desktop-derived user interface. Devices fall broadly into two categories, PDA-style, usually with a pen-based touch screen, or mobile handset-style, with alphanumeric alphanumeric (ăl'fənmĕr`ĭk) or alphameric (ăl'fəmĕr`ĭk), the set of letters and numbers. keypad and usually a smaller display. PDA-style models are generally better suited to more intensive use as data devices, with those sporting a built-in miniature Qwerty "thumbpad", such as RIM's BlackBerry and Palm's Tungsten W and C, offering advantages in terms of faster data entry over software-based "virtual" keyboards. On the user interface side, Microsoft has toned down its efforts to make Pocket PC a mobile clone of desktop Windows, but still lacks the simplicity and user friendliness of the Palm OS interface. In general, features in Palm OS require fewer "clicks" to access compared with their Microsoft counterparts. Nokia with Series 60 has attempted to apply mobile phone thinking to the user interface, making it as intuitive as possible and hiding the intricacies of its PDA origins. The UIQ interface from Symbian, however, has met some criticism for lacking intuitiveness, especially as regards configuration, but in truth probably falls somewhere between Palm OS and Pocket PC in terms of complexity. RIM's implementation of Sun's J2ME has helped it maintain a very simple and intuitive interface while also allowing it to extend the functionality of its BlackBerry devices. The system's all-in-one nature and push functionality also serve to make it a user favorite. However, the apparent simplicity of the BlackBerry system may also be its undoing where more complex applications than those for which J2ME is currently prepared are required.
  2. Application availability - application development, The availability of commercial applications for mobile devices is less of a concern in the corporate than the consumer market due to the more specific purposes for which corporate mobile applications are likely to be used. Where specific functionality is needed, new applications can be built from the ground up, either in house, if resources are available, or by systems integrators, where they are not. Software development kits (SDKs) are available for all of the key mobile operating systems Operating systems can be categorized by technology, ownership, licensing, working state, usage, and by many other characteristics. In practice, many of these groupings may overlap. , as are standalone stand·a·lone adj.Self-contained and usually independently operating: a standalone computer terminal. integrated development environmentsSee IDE. integrated development environment - interactive development environment ..... Click the link for more information. (IDEs) from specialists such as Motorola subsidiary Metrowerks. Thus, while Palm OS currently dominates in terms of the number of commercial applications available, and Pocket PC is rapidly growing its base, corporate users should not use this as a basis for choosing which device is most appropriate for their needs. Unsurprisingly, given its pedigree as a vendor of IDEs for its desktop and server Windows environments (1) (upper case "W") Refers to computers running under a Microsoft Windows operating system.(2) (lower case "w") Also called a "windowing environment," it refers to any software that provides multiple windows on screen such as Windows, Mac, Motif and X Window. , Microsoft scores highly for integration of its mobile device tools into its Visual Studio IDE. This integration has now grown tighter with the launch of the latest Visual Studio .NET A suite of programming languages and development tools from Microsoft that supports the .NET environment. Upon its introduction in 2001, it included Visual C# and .NET versions of Visual Basic and Visual C++. See .NET. 2003, which integrates not only the SDKs for Pocket PC devices It may never be fully completed or, depending on its its nature, it may be that it can never be completed. However, new and revised entries in the list are always welcome. This is a list of Pocket PC and Windows CE devices, and companies that make, or have made, them. but also the programming model between different Windows environments, through Microsoft's common runtime model, the .NET Framework. This has been applied to Pocket PC devices in the shape of the .NET Compact Framework, which is now available for Pocket PC hardware, from the 200 version and up. Although the principle is not yet proven, the synergies between the various Microsoft platforms may prove to be an important consideration where Microsoft development skills are commonplace. This is not to say that Microsoft programming skills are of no use where other mobile device platforms are concerned. Palm OS and Symbian OS, for instance, are based on C/C C/C Center to CenterC/C Combustion ChamberC/C Command/ControlC/C Crew ChiefC/C cabin cruiser (US DoD)C/C chief complaint (medical)C/C Channel-to-ChannelC/C Communication and Collaboration ++ and C++ respectively, enabling a good deal of crossover if not the tight integration offered in a purely Microsoft environment. To some extent, this oversight can be healed through the adoption of cross-platform programming environments, such as Sun's J2ME or PersonalJava, both of which follow a similar basic programming paradigmA programming paradigm is a fundamental style of programming regarding how solutions to problems are to be formulated in a programming language. (Compare with a methodology, which is a style of solving specific software engineering problems). ..... Click the link for more information. to their desktop and server Java counterparts. Most of today's high-end mobile devices are either equipped out of the box with a Java virtual machine A Java interpreter. The Java Virtual Machine (JVM) is software that converts the Java intermediate language (bytecode) into machine language and executes it. The original JVM came from the JavaSoft division of Sun. or allow for a JVM See Java Virtual Machine. JVM - Java Virtual Machine to be installed later. Specialist tools from vendors such as AppForge may also play a role here. AppForge's MobileVB enables mobile applications to be written in Visual Basic, thereby tapping into the largest pool of developer skills in existence today. These are then executed on a mobile device using appropriate AppForge Booster runtime software. AppForge Booster licenses are currently available for most Palm OS and Pocket PC devices, as well as Nokia's 9200 series Communicators and Sony Ericsson's P800, both of which are available without charge.
  3. Battery life and other performance issues, For many businesses, battery life is at least as great an issue when buying mobile devices as the ability to integrate with back-end systems. A bare minimum requirement must be that a device is able to perform at least a full day's usage, including time spent accessing wireless networks. This latter factor represents a particular bone of contention at the present time with few devices to date able to access WWAN See wireless WAN. or WLAN wireless data networks for an extended period of time (Bluetooth was designed with power consumption in mind and represents less of a problem). This has frequently led to device manufacturers seeking a compromise between networking and computing power, trading off some of the latter to increase the former. This is most apparent in Palm's GPRS-enabled Tungsten W, which eschewed the latest 32-bit Palm OS 5 and its higher specification hardware requirements to extend the battery life of the device as far as possible. However, Palm has now also provided evidence that the higher specification hardware and OS need not compromise battery life too much. Research carried out by VeriTest on behalf of Palm reported the Tungsten C achieving 3 hours 45 minutes of battery life with its WLAN radio switched on while a similarly specified HP iPaq 5450 Pocket PC managed only 2 hours 10 minutes. A "screen-on" test, with display permanently on at full brightness, also revealed considerable differences, the Tungsten C managing 8 hours 9 minutes, the iPaq 5450 just 2 hours 27 minutes. Application performance also varies widely. For example, Palm's device showed considerable performance benefits over the iPaq 5450 in terms of internet page rendering over WLAN, averaging 11.69 seconds compared with 28.02 seconds for HP's device. The inference is that Palm OS devices It may never be fully completed or, depending on its its nature, it may be that it can never be completed. However, new and revised entries in the list are always welcome.This is a list of Palm OS devices, and companies that make, or have made, them. are able to make better use of their hardware than their Pocket PC equivalents. Symbian OS devices, with their mobile phone heritage, also tend to offer a good compromise between performance and battery life. Sony Ericsson's P800, for instance, is claimed to give 13 hours of talk time and 400 hours of standby, although its data-mode capabilities are less well defined. RIM's BlackBerry devices, too, are well known for very long battery life, a result of their relatively low hardware specification.
  4. Integration with corporate applications, Another essential consideration when buying mobile computing devices for corporate deployment is the ease with which devices can be integrated with corporate data sources. Several levels of integration are likely to be important to enterprise mobile device users, including email/collaboration software support, document support, internet/intranet access and integration with enterprise applications such as ERP (Enterprise Resource Planning) An integrated information system that serves all departments within an enterprise. Evolving out of the manufacturing industry, ERP implies the use of packaged software rather than proprietary software written by or for one customer. , CRM (Customer Relationship Management) An integrated information system that is used to plan, schedule and control the presales and postsales activities in an organization. , sales force automation and field services software. In general, access to major systems should be possible using any device considered in this report, whether through out-of-the-box integration with popular applications and servers or through third-party connectivity products, broadly described as mobile middleware. Oracle, for instance, offers an almost complete mobility package across most of its products, while Microsoft and IBM Many people are too new to the computer industry to remember that IBM once occupied the lofty position that Microsoft currently enjoys. Today, it's a Microsoft versus The Rest of the World computer industry. Yesterday, it was IBM versus everybody else. Lotus are extending the degree of built-in mobile device support for their email servers See mail server. . However, a degree of bespoke be·spoke v.Past tense and a past participle of bespeak.adj.1. Custom-made. Said especially of clothes.2. Making or selling custom-made clothes: a bespoke tailor. integration work may be required in some cases, especially where particular device platforms are not (yet) natively supported. Naturally, different devices have strengths in different areas. RIM's BlackBerry epitomizes tight integration with corporate email servers, and is now opening up its server product to non-RIM devices, although startup rival Good Technology claims to have acquired a number of RIM's customers with its similar GoodLink offering. Palm OS is felt by many users to handle Microsoft OfficeMicrosoft's primary desktop applications for Windows and Mac. Depending on the package, it includes some combination of Word, Excel, PowerPoint, Access and Outlook along with various Internet and other utilities. ..... Click the link for more information. documents particularly well, care of the Documents To Go software from DataViz, bundled as standard with Palm's own Tungsten devices. Meanwhile, Symbian devices arguably ar·gu·a·ble adj.1. Open to argument: an arguable question, still unresolved.2. That can be argued plausibly; defensible in argument: three arguable points of law. have the lead in internet support, through the availability of Opera Software's highly capable web browser The program that serves as your front end to the Web on the Internet. In order to view a site, you type its address (URL) into the browser's Location field; for example, www.computerlanguage.com, and the home page of that site is downloaded to you. , which is able to reformat (1) To change the record layout of a file or database.(2) To initialize a disk over again. most web pages to the display characteristics of the device while avoiding the need for horizontal scrolling. Neither Palm's nor Microsoft's mobile browser A mobile browser (earlier referred to as a microbrowser or minibrowser) is a web browser designed for use on a mobile device such as a mobile phone or PDA. Mobile browsers are optimised so as to display Web content most effectively for small screens on portable applications are yet on a par with Opera. Microsoft-based devices still lead on overall back-end connectivity, however, care of the early lead of Pocket PC in the corporate space and the US-centricity of the software market, overall. Most, if not all, wireless connectivity offerings, whether native or third-party in origin favor Pocket PC over other device platforms, with Palm OS also popular. Symbian OS support is less often provided at the time of writing although this is beginning to change as the devices proliferate.
  5. Expandability and peripheral support, The ability to expand both the software and hardware capabilities of enterprise mobile devices is another important consideration when choosing suitable models, with under-specified models potentially compromising the life span of the device in a corporate environment. Lack of memory space for additional applications and data out of the box is likely to be the initial point of concern, here. Some devices, such as Sony Ericsson's P800, Palm's Tungsten T and W and RIM's BlackBerry, offer 16MB or less of expansion space compared with many Microsoft Pocket PCs, which can sport as much 128MB of additional memory. This differential needs to be placed in context, however, with the footprint of data and applications considerably smaller in non-Microsoft devices, especially RIM's J2ME basis. Of more concern is the ability to extend memory, and other capabilities, through hardware expansion. Most devices now sport a Secure Digital (SD)/MultiMedia Card (MMC See MultiMediaCard and Microsoft Management Console. ) slot, which can cater for up to 512MB of additional memory at the time of writing, as well as additional hardware capabilities such as Bluetooth connectivity and a digital camera. At least one example of a WLAN SD card, from SyChip, also exists. Others, notably Toshiba and Dell (the latter not considered in this analysis), also offer a Compact Flash (CF) card slot A socket for inserting a printed circuit board or a PC Card (CardBus card). See PC Card. , an older and larger format but one offering the greatest expansion potential. 3GB CF cards are penciled in for release this year and the slot may also be used for a range of other upgrades, including WLAN, Bluetooth, Global Positioning System Global Positioning System: see navigation satellite. Global Positioning System (GPS)Precise satellite-based navigation and location system originally developed for U.S. military use. (GPS), digital cameras and others. Prices also tend to be considerably lower than for equivalent SD cards. Buyers should be aware, however, that non memory-oriented SD and CF cards tend only to be compatible with Pocket PC devices due to a current lack of support by vendors for other platforms. One exception to the general expansion card rule is Sony Ericsson, which limits the expansion possibilities for its P800 smart phone to a 16MB Memory Stick Duo See Memory Stick. , the largest capacity currently available for this proprietary flash memory card format from Sony. This choice, while no doubt made in the interests of keeping a small form factor (Memory Stick Duo is physically the smallest Flash memory card format currently available) could prove problematic if the device is intended to carry large amounts of data. A similar argument can be made for RIM's BlackBerry devices, which lack expansion slots A receptacle inside a computer or other electronic system that accepts a printed circuit board. The number of slots determines future expansion. See PC data buses. (hardware) expansion slot - A connector in a computer into which an expansion card can be plugged. of any sort. Expansion need not be in the form of memory card slots, however. HP, for instance, continues to support the "sled" concept introduced with Compaq's original iPaq. These sleds can offer any of the expansion capabilities of SD or CF cards, and also stretch to novel expansion possibilities, such as video recording or PCMCIA cards See PC Card. for notebook PCs. Also worthy of note is the popular add-on of a full- or almost full-sized Qwerty mobile keyboard or Qwerty thumbpad for times when a large amount of data entry is required. These are available from a number of vendors, often including the device manufacturers themselves, with options available for the vast majority of PDA-style devices. Smart phone-type devices are only just beginning to be supported with a roll-up fabric keyboard now available for the Orange SPV The original Orange SPV Smartphone was built by HTC for the European mobile operator, Orange. Powered by Microsoft Smartphone 2002, and launched late 2002, SPV stood for Sound, Pictures, Video, with the emphasis being on the devices multimedia capabilities and potential. Windows Smartphone from Ora in the UK. Infrared wireless keyboard vendor Pocketop is thought to be considering support for Sony Ericsson's P800 in future software drivers.
  6. Wireless access, Wireless data access, with or without voice capability, should be seen as a defining characteristic of enterprise-class wireless devices, enabling them to communicate more freely with other systems and overcoming their dependence on synchronizing synchronizing,n a technique that a therapist uses to coordinate his or her breath with that of the client; builds trust and establishes relationship. with desktop systems via a cable to become useful tools. Which form of wireless connectivity for mobile devices is most appropriate depends on the proposed usage pattern. Field service and sales force operatives, for example, are most likely - at least at this point in time--to require access via a WWAN, such as GPRS, giving them the widest possible network coverage and therefore the greatest flexibility in use. The increase in the number of smart phones, whatever the base OS, is leading to an escalation es·ca·late v. es·ca·lat·ed, es·ca·lat·ing, es·ca·latesv.tr.To increase, enlarge, or intensify: escalated the hostilities in the Persian Gulf.v.intr. in converged devices A converged device combines the functions of others. Examples: Backhoe loader Camcorder Camera phone Clock radio Combine harvester DSL router Halberd Multitool PDA phone Spork TV/VCR combo VCR/DVD combo featuring mobile phone and PDA characteristics. But among Pocket PC advocates especially, WWAN access on mobile devices is thought to be best achieved through the use of a two-piece approach, combining a Bluetooth-enabled PDA with a similarly Bluetooth-enabled mobile phone. The choice between the one- and two-piece approaches should be governed by the expected refresh (1) To continuously charge a device that cannot hold its content. CRTs must be refreshed, because the phosphors hold their glow for only a few milliseconds. Dynamic RAM chips require refreshing to maintain their charged bit patterns. See vertical scan frequency and redraw. cycle of the various pieces as much as convenience factors: one device takes up less room, two devices allows more flexibility in use. Where phone upgrades are likely to be more regular than PDA upgrades, the balance is tipped in favor of the two-piece approach, for example. In campus situations, as has long been proven in the warehousing sector, WLAN access provides both greater bandwidth and lower cost. WLAN is also increasingly the technology of choice where mobile devices are used as notebook PC replacements, the rise of public WLANs (or "hotspots") adding increasing impetus to the technology.

MARKET PROSPECT
There is currently no simple solution to choosing mobile devices, which must be made according to a complex mix of technical and business requirements. For users, a simple rule of thumb is to at least shorten the list of possible choices according to perceived data entry requirements. Broadly speakingAdv. 1. broadly speaking - without regard to specific details or exceptions; "he interprets the law broadly"broadly, generally, loosely ..... Click the link for more information., three kinds of company can be identified. The first treats mobility as an expense and is mainly voice focused. Basic mobile phones, perhaps with basic J2ME productivity applications are probably sufficient here although greater functionality will gradually sediment down into these devices, possibly provoking a change of strategy once these capabilities are present. Second are businesses that see mobile devices as an opportunity, especially for mobilizing personal productivity tools such as email and calendar. In general, such organizations may opt for phone-style smart devices, such as Series 60 or Windows Smartphone models, where computing power is offset against size and convenience. Third are enterprises that have made the key business decision to mobilize database-driven systems and require powerful end-to-end approaches, including devices with optimal data entry capabilities, large displays and the greatest rage of connectivity options. Of the high-profile offerings, RIM appears to offer the advantage of tight back-end integration, overall functionality and long battery life, while Microsoft and its OEM (Original Equipment Manufacturer) The rebranding of equipment and selling it. The term initially referred to the company that made the products (the "original" manufacturer), but eventually became widely used to refer to the organization that buys the products and partners provide a familiar interface and very high technical specifications. Palm and its operating system licensees, on the other hand, boast considerable battery life and exceptional ease of use. Symbian, while still a relatively unknown quantity, seems set to provide a combination of these factors, as well as the intrinsic tight convergence between voice and data functionality. Apart from the obvious problems in integrating numerous device variants into the back end, there remain considerable difficulties in providing technical support to a range of devices that, while they may boast similar functionality, work in quite different ways. More prosaic factors, such as ease of use - in terms of user interface and data entry method - and battery life also remain crucial selection criteria. To date, none of the widely available products meet all of these requirements. But while the choices may still be complex, the fundamental reasons for using mobile data-enabled handheld devices are now well established.

Source:
http://www.thefreelibrary.com/
http://www.letsgomobile.org/

Recent Comments