Saturday, November 13, 2010

Teori Difusi Inovasi

Dikutip dari Wikipidia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan[1] . Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.

Inovasi merupakan ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.

Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori di abad ke 19 dari seorang ilmuwan Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation” (1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion leadership , yakni ide yang menjadi penting diantara para peneliti efek media beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa mempengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.[2]
Elemen
Elemen dalam teori difusi inovasi ini terdiri dari: inovasi, tipe saluran komunikasi, tingkat adopsi, dan sistem sosial.
 

Tahapan peristiwa yang menciptakan proses difusi

  1. Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.
  2. Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru untuk menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya. [3]
  3. Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki. Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media massa lebih cepat menyadaran masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal mempengaruhi manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.

Lima tahap proses adopsi

  1. Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat
  2. Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.
  3. Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.
  4. Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut.
  5. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

Kategori pengadopsi

Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi :
  1. Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memeiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
  2. Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
  3. Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
  4. Mayoritas akhir: Kelompok zang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
  5. Laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.
-----------------------------------------------------------------------

Catatan kaki

  1. ^ (en)Rogers, Everett, M. (2003). Diffusions of Innovations; Fifth Edition. Simon & Schuster Publisher
  2. ^ (en)Bryan, Jennings, & Thompson, Susan .(2002). Fundamentals of Media Effects
  3. ^ (en) Turner, West. (2007). Introducing Communication Theory; Analysis and Application, Third Edition;McGraw Hill
 Sumber:

Integritas, Dapatkah Diukur Dan Diramalkan?

By: Edratna; Posted on May 8, 2007

Sangat menarik untuk membahas apakah integritas dapat diukur dan diramalkan. Di bawah ini ada beberapa panduan untuk mengukur “integrity in action“, yang lebih bersifat konkrit operasional, yang mudah diikuti sebagai panduan wawancara. Masalahnya, sampai seberapa jauh indikator tersebut dapat diterapkan, terutama pada posisi di bawah upper middle management. Karena, indikator di bawah ini bisa berjalan, jika memang banyak past experiences dari calon yang dinilai, banyak critical incidents dalam pengalaman hidupnya yang terkait dengan aspek tersebut. Misal, pernah mengalami peristiwa yang mengundang conflict of interest, pernah menjalani suatu tanggung jawab yang sulit, pernah harus mengambil keputusan yang tidak populer. Kalau sample nya terbatas, otomatis agak “sulit’ melakukan penilaian berkaitan dengan hal ini.
 
Mengukur integrity, banyak terkait dengan moralitas seseorang. Namun demikian, banyak sekali perusahaan yang mencantumkan integrity sebagai aspek yang harus dimiliki oleh calon karyawan dan pimpinannya.

Walaupun sulit, dari hasil korespondensi dengan psikolog yang telah menamatkan PhD nya di UQ (University of Queensland), diilhami artikel ibu Eileen Rachman yang pernah dimuat di Kompas, serta pengalaman menilai sikap dan perilaku (termasuk integritas) bawahan di suatu perusahaan, saya akan mencoba merangkai apa, bagaimana serta mungkinkah integritas dapat diukur serta diramalkan.

1. Definisi Integritas Menurut Kamus Kompetensi
Integritas kerja adalah bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan dan kode etik perusahaan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut, dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.

2. Bagaimana Menilai Integritas Bawahan/Calon Pimpinan?
a. Apakah kode etik telah dilaksanakan?
Setiap profesi mempunyai kode etik profesional yang harus dipatuhi. Etika ini harus tercantum dalam peraturan perusahaan dan dapat diobservasi dalam penilaian perilaku. Sebagai contoh: Pada salah satu perusahaan, tingkat kedalaman perilaku integritas bertingkat, dari 1 sampai 3 , disesuaikan dengan dimensi tingkat risiko yang harus dihadapi karena bertindak konsisten sesuai kode etik dan kebijakan.
 
Seseorang bisa saja pandai berkomunikasi dan menunjukkan bahwa integritasnya tinggi, namun dapat diuji dan dilakukan probing, aspek apa yang paling dijunjung tinggi dalam kode etiknya. Misalkan dengan menanyakan, apakah pernah mengalami kasus seputar etika, dan seberapa jauh keterlibatannya dalam kasus tersebut? Apabila tak terkait, bagaimana cara menyelesaikan kasus tersebut, jika yang terlibat adalah anak buahnya?

b. Bagaimana mengatasi conflict of interest
Setiap orang perlu menyesuaikan perilakunya dilapangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada situasi ini, seorang individu ada kemungkinan berhadapan dengan conflict of interest, bagaimana cara memecahkan masalahnya, yang dalam pemecahannya akan terkandung kadar integritasnya. Bagaimana dia menggunakan wewenangnya dalam menyelesaikan persoalan, sebaik apakah wewenang tersebut dimanfaatkan? Integritas pimpinan dapat diukur, bagaimana pimpinan memanfaatkan wewenangnya, dan mengambil risiko melakukan putusan dari yang populer maupun yang sama sekali tak populer.

c. Apakah seseorang bersifat sebagai risk taker atau risk avoider?
Apakah seorang akan lari dari tanggung jawab? Atau berani pasang badan untuk mempertanggung jawabkan ?

Untuk level operasional/first level management, kriteria kedisiplinan dan cooperative behaviour (yang bisa diterjemahkan sebagai ketaatan pada peraturan dan kesediaan bekerjasama untuk memenuhi tuntutan organisasi) sudah cukup mewakili perilaku kerja yang diinginkan melalui apa yang dinamakan “integrity” itu.

Untuk level upper middle management memang perlu ada interview yang mendalam, untuk melihat seberapa jauh kecenderungan seseorang untuk berperilaku yang merugikan organisasi dan masyarakat luas, terutama untuk wewenang besar yang mereka miliki. Yang terkadang sulit diukur adalah keberanian mengambil risiko (dalam pengertian positif), yang terkadang dekat sekali artinya dengan mengambil keputusan diluar prosedur yang ada. Sebaliknya, pimpinan yang terlalu prosedural (cenderung cari aman dan berlindung dibalik prosedur) juga tidak akan efektif mendorong kemajuan organisasi.

d. Komitmen terhadap organisasi
Sejauh mana seorang pimpinan akan melakukan perubahan, mengembangkan anak buahnya untuk memajukan perusahaan? Bagaimana komitmennya terhadap organisasi, apakah seseorang berani melakukan hal sulit untuk kemajuan organisasi? Seorang pimpinan yang baik juga akan menjadi mentor bagi bawahannya, serta menyiapkan kaderisasi sebagai penggantinya kelak.

e. Perhatian terhadap sesama
Dalam menilai pendekatan ke manusia, diperlukan suatu data dan fakta, untuk mengetahui gambaran integritas seseorang. Hal ini memerlukan kepekaan dan kemampuan penilai/pewawancara, untuk melihat konteks dan framework seputar fakta yang dibicarakan dalam tanya jawab intensif.

3. Apakah Mungkin Dilakukan Training Untuk Meningkatkan Integrity?
Melakukan observasi perilaku seperti bahasan di atas akan lebih mudah bila orang tersebut belum bergabung dengan perusahaan. Namun bagaimana apabila yang dinilai adalah seseorang yang akan mendapat kesempatan untuk menjadi pimpinan yang lebih tinggi? Pada umumnya penilaian dilakukan dengan metoda tertentu, dan melalui assessment center. Permasalahan yang sering muncul, adalah kekurangan orang sesuai yang dibutuhkan, ataupun kalau ada masih terdapat “gap” yang harus diperbaiki. Persoalan yang muncul adalah, bagaimana cara training yang tepat untuk menutup gap tersebut? Di satu sisi, integritas merupakan kunci kemajuan perusahaan, karena maju mundurnya perusahaan ditentukan oleh SDM nya, yang diharapkan menjunjung integritas tinggi. Disadari, bahwa perusahaan lebih mudah membuat orang pandai dengan meningkatkan skill nya, tetapi yang sulit adalah meningkatkan soft kompetensinya.


Jika training untuk soft kompetensi begitu sulit, perlu dipikirkan membuat sistem manajemen dan budaya organisasi sedemikian rupa, sehingga tidak ada peluang bagi anggotanya untuk berperilaku organisasi sedemikian rupa, sehingga tidak ada peluang bagi anggotanya untuk berperilaku "menyimpang".

Sistem yang terbuka, record yang lengkap, pertanggung jawaban yang jelas, reward dan sanksi yang tegas untuk perilaku kerja tertentu, akan dapat membantu terbentuknya “integrity in action” tersebut. Tumbuhnya sense of belonging dan komitmen yang tinggi terhadap organisasi juga kondusif dampaknya untuk mengurangi perilaku yang menyimpang. Kalau seseorang sudah merasakan bahwa organisasi tempat dia bekerja adalah bagian penting dari dirinya sendiri, maka dia tidak akan berperilaku merugikan bagi perusahaannya, karena berarti akan merugikan diri sendiri. Jadi situasi kerja demikian yang harus dibentuk, untuk meningkatkan integrity di tempat kerja, dibanding dengan pendidikan khusus tentang hal ini.

Sumber data:
1. Eileen Rachman. Meraba integritas, bisakah? Kompas. Experd, Jakarta, 2006
2. Rayini, University of Queensland. Brisbane, 2006
3. http://headrush.typepad.com/creating_passionate_users/2006/03/how_to_be_an_ex.html

Dikutip dari:
http://edratna.wordpress.com/2007/05/08/integritas-dapatkah-diukur-dan-diramalkan/
dengan beberapa penambahan gambar yang disertakan sumbernya

Saturday, November 06, 2010

Bai Fang Li, Tukang Becak Penyumbang Ratusan Juta untuk Yatim Piatu

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
On December 12th, a 93-year-old Tianjinese was selected as one of the 20 candidates for the  “People Who Moved China” 2005 award. When his name, photo and activities were broadcast with those of Yuan Longping, Liu Xiang and Ren Changxia on CCTV, the whole country was moved —— it was very difficult for general public to connect the 350,000 RMB donation with an old and thin person who lay paralyzed in bed.

‘An old man, a pedicab, 350,000 RBM donation, 300 poor students……’ when all these words are connected together, the difficulty, misunderstanding, persistence and charitable love of an old man’s life was unrolled before the eyes of general public.
……..........
When students came to see him, he would show it to them and educate them. He told them to study well and use their talents in future to support their country. His words were simple, but like seeds, they were planted in the hearts of the students. By now, many students supported by him were supporting other poor students.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Posted by: Roz
Tak perlu menggembar-gemborkan sudah berapa banyak kita menyumbang orang karena mungkin belum sepadan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Bai Fang Li. Kebanyakan dari kita menyumbang kalau sudah kelebihan uang. Jika hidup pas-pasan keinginan menyumbang hampir tak ada.

Bai Fang Li berbeda. Ia menjalani hidup sebagai tukang becak. Hidupnya sederhana karena memang hanya tukang becak. Namun semangatnya tinggi. Pergi pagi pulang malam mengayuh becak mencari penumpang yang bersedia menggunakan jasanya. Ia tinggal di gubuk sederhana di Tianjin, China.
  
Ia hampir tak pernah beli makanan karena makanan yang ia makan lebih banyak didapatkan dengan cara memulung. Begitupun pakaiannya. Apakah hasil membecaknya tak cukup untuk membeli makanan dan pakaian?

Pendapatannya cukup memadai dan sebenarnya bisa membuatnya hidup lebih layak. Namun ia lebih memilih menggunakan uang hasil jerih payahnya untuk menyumbang yayasan yatim piatu yang mengasuh 300-an anak tak mampu.


Kejadian yang Mulai Merubah Pandangan Hidupnya

Bai Fang Li mulai tersentuh untuk menyumbang yayasan itu ketika usianya menginjak 74 tahun. Saat itu ia tak sengaja melihat seorang anak usia 6 tahunan yang sedang menawarkan jasa untuk membantu ibu-ibu mengangkat belanjaannya di pasar. Usai mengangkat barang belanjaan, ia mendapat upah dari para ibu yang tertolong jasanya.

Namun yang membuat Bai Fang Li heran, si anak memungut makanan di tempat sampah untuk makannya. Padahal ia bisa membeli makanan layak untuk mengisi perutnya. Ketika ditanya, ternyata si anak tak mau mengganggu uang hasil jerih payahnya itu untuk membeli makan.

Ia gunakan uang itu untuk makan kedua adiknya yang berusia 3 dan 4 tahun di gubuk di mana mereka tinggal. Mereka hidup bertiga sebagai pemulung dan orangtuanya entah di mana.

Bai Fang Li yang berkesempatan mengantar anak itu ke tempat tinggalnya tersentuh. Setelah itu ia membawa ketiga anak itu ke yayasan yatim piatu di mana di sana ada ratusan anak yang diasuh.

Sejak itu Bai Fang Li mengikuti cara si anak, tak menggunakan uang hasil mengayuh becaknya untuk kehidupan sehari-hari melainkan disumbangkan untuk yayasan yatim piatu tersebut.

Dalam Memberi, Bai Fang Li Tak Pernah Menuntut Apapun

Bai Fang Li memulai menyumbang yayasan itu pada tahun 1986. Ia tak pernah menuntut apa-apa dari yayasan tersebut. Ia tak tahu pula siapa saja anak yang mendapatkan manfaat dari uang sumbangannya.

Pada tahun 2001 usianya mencapai 91 tahun. Ia datang ke yayasan itu dengan ringkih. Ia bilang pada pengurus yayasan kalau ia sudah tak sanggup lagi mengayuh becak karena kesehatannya memburuk. Saat itu ia membawa sumbangan terakhir sebanyak 500 yuan atau setara dengan Rp 675.000.

Dengan uang sumbangan terakhir itu, total ia sudah menyumbang 350.000 yuan atau setara dengan Rp 472,5 juta. Anaknya, Bai Jin Feng, baru tahu kalau selama ini ayahnya menyumbang ke yayasan tersebut. Tahun 2005, Bai Fang Li meninggal setelah terserang sakit kanker paru-paru.

Melihat semangatnya untuk menyumbang, Bai Fang Li memang orang yang luar biasa. Ia hidup tanpa pamrih dengan menolong anak-anak yang tak beruntung. Meski hidup dari mengayuh becak (jika diukur jarak mengayuh becaknya sama dengan 18 kali keliling bumi), ia punya kepedulian yang sangat tinggi kepada nasib orang lain yang lebih kurang beruntung dari dirinya. 














Sumber:

Friday, October 08, 2010

HATI-HATI MENANYAKAN JAM!

Dalam suatu kereta seorang pemuda bertanya pada seorang bapak di sampingnya, “Jam berapa sekarang Pak?” Sungguh di luar dugaan, si bapak diam saja, menoleh pun tidak. Mengira sang bapak tidak mendengar, si pemuda mengulanginya sampai 3 kali, namun si Bapak diam bergeming.Merasa kesal, si pemuda akhirnya mencolek si bapak dan berkata “Saya heran mengapa bapak tidak menjawab pertanyaan saya? apa sih susahnya?” katanya sambil melengos. Belum habis dia melengos, si bapak mulai berbicara “Bukannya saya nggak mau menjawab, tapi nanti kalau saya jawab, kita pasti ngomong2 soal ini, soal itu, terus nanti kita jadi akrab”

Si pemuda melongo mendengar ceramah si bapak, “Lalu apa salahnya kalau kita akrab ?” Si bapak menjawab, “Nanti anak gadis dan istri saya akan menjemput saya di Gambir, kalau kita sudah akrab, nanti kita akan turun sama2, terus saya pasti memperkenalkan mereka sama kamu. Nah, istri saya tuh orangnya baik sekali sama semua orang, nanti dia pasti menawarkan kamu mampir ke rumah, nanti kamu mandi di rumah saya, terus makan di rumah saya, kemudian kamu lama2 bisa akrab dengan anak gadis saya dan kamu bisa jadi pacar anak saya dan lama2 kamu bisa jadi menantu saya.”

Sang pemuda yang tadi sudah bingung sekarang makin bingung, lantas dia bertanya “Terus apa hubungannya dengan pertanyaan saya yang pertama?”
 
Sambil berdiri dengan lantang bapak tersebut menjawab “Masalahnya anak muda, SAYA TIDAK MAU PUNYA MENANTU SEPERTI KAMU, JAM TANGAN AJA NGGAK PUNYA, BAGAIMANA MAU MEMBAHAGIAKAN ANAK SAYA?” 
 
Sumber:
http://komunitas.kapanlagi.com/humor/hati-hati-menanyakan-jam.html

Cermin

Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kita hingga hari ini, sehingga kita masih diberi kesempatan olehNya untuk bertaubat, untuk menjalin silaturrahim yang sempat terputus, dan untuk melakukan yang terbaik untuk orang-orang yang kita cintai. Karena memang hidup hanya satu kali, sedangkan syurga dan neraka adalah abadi.

Sholawat dan salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, nabi Muhammad saw, yang telah berkorban tanpa pamrih, berjuang tanpa harap puji, yang telah membantu dunia bangkit dari kegelapan dan kebodohan yang sejati.

Para hadirin Rohimakumullah,
Sebelumnya marilah kita meningkatkan kualitas taqwa kita kepada Allah SWT dengan sesunguh-sungguhnya taqwa, melaksanakan segenap perintah wajibNya, dan berusaha melaksanakan perintah perintah sunnahNya. Kemudian, tanpa kompromi menjauhkan diri dari segenap dosa dan maksiat, dari seluruh bentuk perkara yang dilarangNya.

Adapun Khutbah jumat hari ini khotib beri judul CERMIN
Para hadirin yang dimulyakanNya. Hidup adalah cermin. Orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang berhasil menjadikan segala sesuatunya sebagai cermin bagi dirinya, sehingga ia selalu terinspirasi untuk melakukan instrospeksi, melakukan yang lebih baik dari sebelumnya.
Masa lalu kita adalah cermin, impian kita adalah cermin, lingkungan kita adalah cermin, anak kita adalah cermin, saudara-saudara kita adalah cermin, tetangga kita adalah cermin, orang tua kita adalah cermin, pembantu kita adalah cermin, tempat kerja kita adalah cermin, Alam semesta adalah cermin, dan siapapun dan apapun yang pernah, sedang, dan akan berhubungan dengan kita, baik langsung maupun tidak langsung adalah cermin bagi diri kita. Mari kita bercermin dengan kehidupan kita, agar hari ini adalah menjadi hari terbaik kita.

Bercermin kepada anak
Orang-orang yang rugi adalah orang-orang yang tidak pernah bercermin dari kehidupannya. Dia merasa terpisah dari kehidupan di sekitarnya. Bahkan dia merasa terpisah dari kehidupan di keluarganya. Dia merasa keburukan keluarganya sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirinya. Padahal ketika kita melihat keburukan pada anak kita, berarti sebenarnya ada keburukan pada diri kita yang sedang dipantulkan. Jika anak kita sering rewel, sering berbicara kasar, sering bertengkar, sering berbohong, dan seterusnya maka itu adalah peringatan buat kita. Anak kita adalah cerminan kita. Itu sebabnya untuk memperbaiki keburukan dan kekurangan anak-anak kita maka awali dari jiwa besar kita untuk memperbaiki diri sendiri.
Anak adalah investasi yang berharga, dunia dan akhirat. Rosulullah saw bersabda bahwa salah satu amal yang tetap mengalir kepada kita walau kita telah mati adalah do’a dari anak yang sholih. Dan untuk memiliki anak yang sholeh, maka satu-satunya cara yang paling logis adalah dengan menjadikan kita sebagai orang tua yang sholeh. Bukan sekedar sholih pribadi, tetapi juga sholih sosial, dan peduli kepada kebaikan anak kita. Jangan pernah kita membiarkan anak-anak kita tetap membuka auratnya di depan khlayak, menjadi konsumsi semesta, padahal anak kita sudah mencapai usia baligh.

Bercermin kepada Saudara
Rosulullah saw bersabda, Laa yuminu ahadukum hatta yuhibbu li akhiihi maa yuhibbu linafsih. Tidak sempurna iman kalian, sebelum kalian mencintai saudara kalian sebagaimana kalian mencintai diri sendiri.  Sedangkan Imam Ali ra pernah berkata : Saudaramu sesungguhnya adalah yang selalu bersama engkau, yang mau berpayah-payah untuk kemanfaatan dirimu. Yang jika situasimu berguncang, menunjukimu jalan kebenaran. Maka hendaklah engkau lurus agar ia tetap bersamamu. (Ali bin Abi Tholib).
Allah menciptakan segala sesuatunya dengan seimbang. Sehingga jika kita merasa risih dengan perilaku buruk saudara kita yang ada di sekitar kita, bisa jadi adalah itu sebagai cara Allah untuk mengingatkan kita bahwa kita pun memiliki perbuatan buruk yang sejenis.
Sekali lagi hidup bagaikan gema. Cermin adalah gema kita. Ketika kita berteriak : Kamu baik satu kali, maka gema akan membalasnya dengan kamu baik...kamu baik...kamu baik...dengan berulang-ulang. Tetapi kalau kita berteriak “kamu jelek”, maka gema akan membalas...kamu jelek...berkali-kali.
Artinya, kata-kata kita pun adalah cermin diri kita yang sesungguhnya. Kalau hari ini kita lebih suka mengatakan kata-kata yang tidak sopan, tidak senonoh, memaki, berprasangka buruk, memfitnah dan sebagainaya, maka itulah diri kita yang sesungguhnya. Teko yang berisi teh, pasti akan mengeluarkan teh. Manusia yang berisi keburukan dan dosa, pasti kata-katanya pun bernuansa buruk dan dan dosa.
Maka mulai hari ini, marilah kita menjaga kualitas kata-kata kita, dihadapan saudara-saudara kita. Jauhkan diri dari menghina saudara kita, sebab sebenarnya kalau kita menghina saudara kita maka kitalah yang hina. Orang hina hanya akan mengatakan hal-hal yang menghina. Dan mulailah untuk berkata-kata yang baik, positif, terjaga.

Untuk menjaga kualitas kata-kata kita agar tetap positif, maka mulai hari ini kurangi isitilah JANGAN, DILARANG, dan TIDAK. Sebab ternyata otak bawah sadar kita tidak mengenal kata JANGAN, DILARANG, dan TIDAK. Kita bisa buktikan kepada anak kecil.......(contoh anak dan gajah)

Dan yang terakhir, marilah kita bercermin kepada alam semesta.
Banyak sekali yang bisa kita pelajari dari semesta. Misal :
Pertama. Kita bisa belajar dari ikan. Ternyata ikan akan lebih cepat besar ketika diternak di air yang bergerak dibanding di air yang diam atau kolam. Artinya kita akan lebih cepat dewasa ketika kita hidup dipenuhi berbagai macam ujian dan masalah. Tanpa adanya masalah mungkin kita tidak akan pernah sekuat ini, tidak akan pernah sesukses ini.
Kedua. Kita juga belajar dari bintang yang terang di kegelapan malam. Sehingga kita paham, agar hidup kita bisa menjadi sang bintang maka kita harus berani menghadapi kegelapan malam. Berani menghadapi masalah-masalh hidup Anda yang kelam.
Ketiga. Air yang yang bergerak, mengalir, lebih tahan lama kesegarannya dibandingkan air yang diam. Air yang diam akan lebih cepat membusuk. Pelajaran yang bisa kita ambil adalah bahwa ketika kita lebih suka berteriak daripada bergerak, lebih suka mencaci daripada beraksi, lebih suka diam dari pada berjuang, maka hidup kita akan lebih cepat busuk dan jauh dari kualitas.
Keempat. Kita pun belajar dari hukum semesta yang bernama “The Law of Attraction”, yakni hukum ketertarikan. Pikiran kita menarik apa pun yang ada di semesta, sesuai dengan frekuensinya. Jika kita berbahagia maka kita sedang menarik kebahagiaan. Jika kita marah, mengumbar emosi, maka kita pun sedang menarik emosi-emosi lainnya. Sehingga jika hari ini kita dekat dan sering berkumpul bersama orang-orang yang berperilaku negatif, maka sebenarnya kitalah yang negatif. Biasanya pun orang baik seringkali hanya berkumpul dengan orang baik, penjahat berkumpul dengan penjahat, orang mati berkumpul dengan orang mati, koruptor berkumpul dengan koruptor lainnya. Semanis apapun buah jeruk, tapi jika jeruk tersebut berada di tengah sampah yang busuk, maka sebagian besar orang akan menilainya bahwa itu adalah jeruk yang busuk.

Sekali lagi, apapun yang ada di sekitar kita adalah cerminan diri kita. Bercerminlah selalu dengan kehidupan kita, lakukan instrospeksi, dan buatlah kita yang mewarnai lingkungan kita, dan bukan lingkungan yang mewarnai kita, kecuali kita sudah berada di lingkungan yang baik, maka bersyukurlah kepada Allah.
Sebagai penutup, khotib berpesan : Hadapi dengan ikhlas dan berani berbagai macam masalah yang menghampirimu. Bercerminlah terhadap masalah-masalahmu. Sebab masalah-masalah itu adalah hadiah terbaik dari Allah untukmu. Sehingga jangan pernah engkau lari dari masalah-masalahmu, sebab jika engkau lari dari masalah-masalahmu maka sesungguhnya engkau telah lari dari kasih sayang Allah.  Wallahu alam.
Sumber:
http://abcozenergi.multiply.com/journal/item/21

Kadang kala kita tidak boleh melihat sesuatu hanya dengan mata.. melainkan juga dengan hati kita..

by agung-sunawan
Boy adalah seorang cowo yg menjadi buta karena sebuah kecelakaan..
Sejak ia menjadi buta..ia merasa terasing dari lingkungannya.. Ia merasa tidak ada seorang pun yg memperhatikan atau menyayanginya..
Hingga kemudian hadirlah Girl dalam hidupnya..
Girl sangat sayang dan perhatian pada Boy.. Ia tidak pernah mempermasalahkan kebutaan Boy sebagai suatu kekurangan yg berarti.. Ia sungguh-sungguh mencintai Boy dengan tulus…
Suatu hari berkatalah Boy kepada Girl.. 


B : Girl…mengapa kamu begitu menyayangiku ?
G: hmmm..entahlah..aku tidak pernah tau alasan mengapa aku begitu menyayangimu..yg aku tahu..aku benar-benar tulus menyayangimu
Boy: -:) (tersenyum)

B : Tapi..aku kan buta..apa yg bisa aku perbuat untukmu..? apa yg bisa aku berikan buatmu..?
G : Boy..aku tidak mengharap apapun darimu..buatku..kamu bisa ceria setiap hari dan menyayangiku dengan tulus itu sudah cukup.. aku senang ketika kau merasa senang..

B : (terharu) belum pernah ada orang yg begitu menyayangi aku yg buta seperti ini..
G : (menggenggam tangan Boy sambil tersenyum)
B : Girl..kalo sampai suatu saat nanti aku bisa melihat lagi..aku pasti akan menikahimu.. karena hanya kamu satu-satunya orang yg dengan tulus menyayangiku…
G : benarkah..?
B : iya..aku janji..kalau suatu saat nanti aku bisa melihat, PASTI aku akan menikahimu..
G : (terharu) terima kasih Boy..aku sangat > menyayangimu…
B : (tersenyum) ya..aku tahu itu..aku juga sangat menyayangimu Girl..

singkat cerita.. Boy melakukan operasi cangkok mata dan berhasil..ia mampu melihat lagi.. Ia pun tidak sabar untuk segera menemui Girl.. Pergilah ia mencari Girl.. sampai ia berhasil menemukannya…
Namun… alangkah terkejutnya ia mengetahui bahwa ternyata Girl adalah seorang gadis buta.. Ia tidak bisa menerimanya..Ia pun menolak Girl .. Ia lupa akan semua janjinya…

G : Boy..bukankah kamu sudah berjanji akan menikah denganku..?
B : ummm….(bimbang) ya memang aku pernah berkata begitu..tapi tidak dengan keadaanmu yg > seperti ini..
G : Bagaimana mungkin kamu mengingkari janjimu sendiri..? bukankah kau bilang hanya aku satu-satunya orang yg menyayangimu..?
B : eeeerr…maaf Girl..tapi aku tidak bisa menikah dengan gadis buta..maaf..

Boy pun pergi meninggalkan Girl...
Girl yang kecewa dan merasa dikhianati.. memilih untuk bunuh diri....Saat ia ditemukan meninggal..ada sepucuk surat  disakunya.. 

"Dear Boy… Memang tidak banyak yg bisa aku berikan padamu.. tidak banyak yg bisa aku lakukan untukmu… Namun..aku sungguh-sungguh tulus menyayangimu… Semoga kedua mataku itu bisa berguna bagimu..bisa membawakan terang dan keceriaan dalam hidupmu kembali.."

Kadang kala kita tidak boleh melihat sesuatu hanya dengan mata.. melainkan juga dengan hati kita..
Mata itu bisa menipu..namun hati tidak.. kata hati selalu merupakan kejujuran terdalam dalam hidup manusia.

Janji adalah hutang, bayarlah dengan segenap hati mu….dengan segala usahamu…
Sekali orang tidak bisa menepati janji, dia bukanlah orang yang dapat dipercaya,,,

Dikutip dari (dengan beberapa editan):
http://agung-sunawan.blog.friendster.com/

Burung Gagak

Pada suatu sore seorang ayah bersama anaknya yang baru saja menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak sambil bertanya, “Nak, apakah benda tersebut?”

“Burung gagak”, jawab si anak. Si ayah mengangguk-angguk, namun beberapa saat kemudian mengulangi lagi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit keras, “Itu burung gagak ayah!”

Tetapi sejenak kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.Si anak merasa agak marah dengan pertanyaan yang sama dan diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih keras, “BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama sehingga membuatkan si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang! ! ogah-ogahan menjawab pertanyaan si ayah, “Gagak ayah…….”.

Tetapi kembali mengejutkan si anak, beberapa saat kemudian si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanyakan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar kehilangan kesabaran dan menjadi marah. “Ayah!!! saya tidak mengerti ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah menanyakan pertanyaan tersebut dan sayapun sudah memberikan jawabannya. Apakah yang ayah ingin saya katakan???? Itu burung gagak, burung gagak ayah…..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Si ayah kemudian bangkit menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang terheran-heran. Sebentar kemudian si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih marah dan bertanya-tanya. Ternyata benda tersebut sebuah diari lama. “Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diari itu”, pinta si ayah.

Si anak taat dan membaca bagian yang berikut ……
“Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima tahun.Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, “Ayah, apakah itu?” Dan aku menjawab, “Burung gagak”.
Walau bagaimanapun, anak ku terus bertanya pertanyaan yang sama dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sampai 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayang aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap bahwa hal tersebut menjadi suatu pendidikan yang berharga.”

Setelah selesai membaca bagian tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahanbersuara, ” Hari ini ayah baru menanyakan kepadamu pertanyaan yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah.”

Pesan moral cerita ini ialah jagalah hati kedua ibu bapakmu. Jangan sakiti hati mereka, karena merekalah yang telah merawat kamu di waktu kecil, dengan belaian kasih sayangnya, yang mengorbankan semua yang dimilikinya. Mereka merawatmu dengan penuh kesabaran dan keihklasan. Sayangilah mereka, sebagaimana mereka menyayangimu di waktu kecil.

Sumber: Unknown
Dikutip dari: http://keperawatan.byethost17.com/2009/11/15/burung-gagak/

SALAH TAFSIR



Suatu pagi yang indah di sebuah sekolah dasar, seorang guru yang begitu berdedikasi mengajar anak2 muridnya tentang betapa bahayanya minuman keras kepada mereka. Sebelum memulai pelajarannya pada hari itu dia telah mengambil 2 ekor cacing yang hidup, sebagai sampel dan dua gelas yang masing2 berisi dengan air mineral dan arak..

“Coba perhatikan murid2.. lihat bagaimana saya akan memasukkan cacing ini kedalam gelas, perhatikan betul2. Cacing yang sebelah kanan saya, akan saya masukkan ke dalam air mineral sedangkan cacing yang sebelah kiri saya akan masukkan ke dalam arak. Perhatikan betul2.”

Semua mata tertuju pada kedua ekor cacing itu. Cacing yang berada dalam gelas yang berisi air mineral itu berenang di dasar gelas, sedangkan cacing yang berada di dalam arak tergeletak lalu mati. Si guru tersenyum lebar melihat anak2 muridnya memberikan perhatian pada pelajarannya.

“Baiklah murid2, apa yang kamu dapat dari pelajaran yang saya tunjukkan tadi??”

Dengan penuh yakin anak2 muridnya menjawab,

Untuk menghindari cacingan….. minumlah arak………

Sumber:
Unknown

Sunday, October 03, 2010

I Love Living Life. I Am Happy


Life without Limbsor Life Without LIMITS?
by: Nick Vujicic

I've never met a BITTER person who was THANKFUL Or a THANKFUL person who was BITTER

Nick is THANKFUL for what he HAS
Not bitter for what he does "NOT have

In life, YOU have a Choice:

BITTER or BETTER?

Choose BETTER forget Bitter


Sources:
http://youtube.com/DailyMotivation
http://LifeWithoutLimbs.org

Dreams and Goals

Great Lesson

 
Sumber:
http://www.youtube.com/watch?v=d_FWTqjld48&feature=related
http://www.soundsoccer.com

Inspirational Video Movie - Life Is Like A Cup of Coffee

Life Is Like A Cup of Coffee
 
 
Sumber:
http://www.youtube.com/watch?v=U3NgzQ9Pcsg

Recent Comments