Friday, October 08, 2010

Cermin

Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kita hingga hari ini, sehingga kita masih diberi kesempatan olehNya untuk bertaubat, untuk menjalin silaturrahim yang sempat terputus, dan untuk melakukan yang terbaik untuk orang-orang yang kita cintai. Karena memang hidup hanya satu kali, sedangkan syurga dan neraka adalah abadi.

Sholawat dan salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, nabi Muhammad saw, yang telah berkorban tanpa pamrih, berjuang tanpa harap puji, yang telah membantu dunia bangkit dari kegelapan dan kebodohan yang sejati.

Para hadirin Rohimakumullah,
Sebelumnya marilah kita meningkatkan kualitas taqwa kita kepada Allah SWT dengan sesunguh-sungguhnya taqwa, melaksanakan segenap perintah wajibNya, dan berusaha melaksanakan perintah perintah sunnahNya. Kemudian, tanpa kompromi menjauhkan diri dari segenap dosa dan maksiat, dari seluruh bentuk perkara yang dilarangNya.

Adapun Khutbah jumat hari ini khotib beri judul CERMIN
Para hadirin yang dimulyakanNya. Hidup adalah cermin. Orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang berhasil menjadikan segala sesuatunya sebagai cermin bagi dirinya, sehingga ia selalu terinspirasi untuk melakukan instrospeksi, melakukan yang lebih baik dari sebelumnya.
Masa lalu kita adalah cermin, impian kita adalah cermin, lingkungan kita adalah cermin, anak kita adalah cermin, saudara-saudara kita adalah cermin, tetangga kita adalah cermin, orang tua kita adalah cermin, pembantu kita adalah cermin, tempat kerja kita adalah cermin, Alam semesta adalah cermin, dan siapapun dan apapun yang pernah, sedang, dan akan berhubungan dengan kita, baik langsung maupun tidak langsung adalah cermin bagi diri kita. Mari kita bercermin dengan kehidupan kita, agar hari ini adalah menjadi hari terbaik kita.

Bercermin kepada anak
Orang-orang yang rugi adalah orang-orang yang tidak pernah bercermin dari kehidupannya. Dia merasa terpisah dari kehidupan di sekitarnya. Bahkan dia merasa terpisah dari kehidupan di keluarganya. Dia merasa keburukan keluarganya sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirinya. Padahal ketika kita melihat keburukan pada anak kita, berarti sebenarnya ada keburukan pada diri kita yang sedang dipantulkan. Jika anak kita sering rewel, sering berbicara kasar, sering bertengkar, sering berbohong, dan seterusnya maka itu adalah peringatan buat kita. Anak kita adalah cerminan kita. Itu sebabnya untuk memperbaiki keburukan dan kekurangan anak-anak kita maka awali dari jiwa besar kita untuk memperbaiki diri sendiri.
Anak adalah investasi yang berharga, dunia dan akhirat. Rosulullah saw bersabda bahwa salah satu amal yang tetap mengalir kepada kita walau kita telah mati adalah do’a dari anak yang sholih. Dan untuk memiliki anak yang sholeh, maka satu-satunya cara yang paling logis adalah dengan menjadikan kita sebagai orang tua yang sholeh. Bukan sekedar sholih pribadi, tetapi juga sholih sosial, dan peduli kepada kebaikan anak kita. Jangan pernah kita membiarkan anak-anak kita tetap membuka auratnya di depan khlayak, menjadi konsumsi semesta, padahal anak kita sudah mencapai usia baligh.

Bercermin kepada Saudara
Rosulullah saw bersabda, Laa yuminu ahadukum hatta yuhibbu li akhiihi maa yuhibbu linafsih. Tidak sempurna iman kalian, sebelum kalian mencintai saudara kalian sebagaimana kalian mencintai diri sendiri.  Sedangkan Imam Ali ra pernah berkata : Saudaramu sesungguhnya adalah yang selalu bersama engkau, yang mau berpayah-payah untuk kemanfaatan dirimu. Yang jika situasimu berguncang, menunjukimu jalan kebenaran. Maka hendaklah engkau lurus agar ia tetap bersamamu. (Ali bin Abi Tholib).
Allah menciptakan segala sesuatunya dengan seimbang. Sehingga jika kita merasa risih dengan perilaku buruk saudara kita yang ada di sekitar kita, bisa jadi adalah itu sebagai cara Allah untuk mengingatkan kita bahwa kita pun memiliki perbuatan buruk yang sejenis.
Sekali lagi hidup bagaikan gema. Cermin adalah gema kita. Ketika kita berteriak : Kamu baik satu kali, maka gema akan membalasnya dengan kamu baik...kamu baik...kamu baik...dengan berulang-ulang. Tetapi kalau kita berteriak “kamu jelek”, maka gema akan membalas...kamu jelek...berkali-kali.
Artinya, kata-kata kita pun adalah cermin diri kita yang sesungguhnya. Kalau hari ini kita lebih suka mengatakan kata-kata yang tidak sopan, tidak senonoh, memaki, berprasangka buruk, memfitnah dan sebagainaya, maka itulah diri kita yang sesungguhnya. Teko yang berisi teh, pasti akan mengeluarkan teh. Manusia yang berisi keburukan dan dosa, pasti kata-katanya pun bernuansa buruk dan dan dosa.
Maka mulai hari ini, marilah kita menjaga kualitas kata-kata kita, dihadapan saudara-saudara kita. Jauhkan diri dari menghina saudara kita, sebab sebenarnya kalau kita menghina saudara kita maka kitalah yang hina. Orang hina hanya akan mengatakan hal-hal yang menghina. Dan mulailah untuk berkata-kata yang baik, positif, terjaga.

Untuk menjaga kualitas kata-kata kita agar tetap positif, maka mulai hari ini kurangi isitilah JANGAN, DILARANG, dan TIDAK. Sebab ternyata otak bawah sadar kita tidak mengenal kata JANGAN, DILARANG, dan TIDAK. Kita bisa buktikan kepada anak kecil.......(contoh anak dan gajah)

Dan yang terakhir, marilah kita bercermin kepada alam semesta.
Banyak sekali yang bisa kita pelajari dari semesta. Misal :
Pertama. Kita bisa belajar dari ikan. Ternyata ikan akan lebih cepat besar ketika diternak di air yang bergerak dibanding di air yang diam atau kolam. Artinya kita akan lebih cepat dewasa ketika kita hidup dipenuhi berbagai macam ujian dan masalah. Tanpa adanya masalah mungkin kita tidak akan pernah sekuat ini, tidak akan pernah sesukses ini.
Kedua. Kita juga belajar dari bintang yang terang di kegelapan malam. Sehingga kita paham, agar hidup kita bisa menjadi sang bintang maka kita harus berani menghadapi kegelapan malam. Berani menghadapi masalah-masalh hidup Anda yang kelam.
Ketiga. Air yang yang bergerak, mengalir, lebih tahan lama kesegarannya dibandingkan air yang diam. Air yang diam akan lebih cepat membusuk. Pelajaran yang bisa kita ambil adalah bahwa ketika kita lebih suka berteriak daripada bergerak, lebih suka mencaci daripada beraksi, lebih suka diam dari pada berjuang, maka hidup kita akan lebih cepat busuk dan jauh dari kualitas.
Keempat. Kita pun belajar dari hukum semesta yang bernama “The Law of Attraction”, yakni hukum ketertarikan. Pikiran kita menarik apa pun yang ada di semesta, sesuai dengan frekuensinya. Jika kita berbahagia maka kita sedang menarik kebahagiaan. Jika kita marah, mengumbar emosi, maka kita pun sedang menarik emosi-emosi lainnya. Sehingga jika hari ini kita dekat dan sering berkumpul bersama orang-orang yang berperilaku negatif, maka sebenarnya kitalah yang negatif. Biasanya pun orang baik seringkali hanya berkumpul dengan orang baik, penjahat berkumpul dengan penjahat, orang mati berkumpul dengan orang mati, koruptor berkumpul dengan koruptor lainnya. Semanis apapun buah jeruk, tapi jika jeruk tersebut berada di tengah sampah yang busuk, maka sebagian besar orang akan menilainya bahwa itu adalah jeruk yang busuk.

Sekali lagi, apapun yang ada di sekitar kita adalah cerminan diri kita. Bercerminlah selalu dengan kehidupan kita, lakukan instrospeksi, dan buatlah kita yang mewarnai lingkungan kita, dan bukan lingkungan yang mewarnai kita, kecuali kita sudah berada di lingkungan yang baik, maka bersyukurlah kepada Allah.
Sebagai penutup, khotib berpesan : Hadapi dengan ikhlas dan berani berbagai macam masalah yang menghampirimu. Bercerminlah terhadap masalah-masalahmu. Sebab masalah-masalah itu adalah hadiah terbaik dari Allah untukmu. Sehingga jangan pernah engkau lari dari masalah-masalahmu, sebab jika engkau lari dari masalah-masalahmu maka sesungguhnya engkau telah lari dari kasih sayang Allah.  Wallahu alam.
Sumber:
http://abcozenergi.multiply.com/journal/item/21

0 comments:

Post a Comment

Recent Comments