Thursday, July 19, 2012

PEMIMPIN BIJAKSANA



Tatkala pendapatnya tidak dipilih Nabi, Umar rida. Dan tatkala pendapat Umar dibenarkan Allah, Umar tidak menepuk dada, apalagi sampai menyalahkan Nabi. Pemimpin yang bijaksana juga akan melahirkan umat yang bijaksana



Perang yang melelahkan itu sudah usai. Pasukan kecil mampu mengalahkan pasukan besar. Pasukan kafir dari Makkah yang dipimpin Abu Jahal kembali dengan kepala tertunduk dan penuh rasa malu, sementara kaum Muslimin kembali ke Madinah dengan penuh rasa syukur. Madinah menyambut mereka dengan gembira, kecuali Yahudi dan kaum musyrikin, termasuk orang-orang munafik, mereka sangat terpukul. Tadinya mereka berharap, Muhammad tewas dan pasukan Islam dihancurkan.


Kaum Muslimin pulang di samping membawa rampasan perang juga membawa lebih kurang 50 orang tawanan. Nabi Muhammad SAW belum memutuskan tawanan itu akan dibagaimanakan. Dalam keadaan seperti itu, Abu Bakar RA datang memberikan saran agar Nabi bermurah hati membebaskan tawanan dengan tebusan. Namun, Nabi diam dan tidak menjawab saran Abu Bakar.

Lalu, Umar datang menemui Nabi dan memberikan pendapatnya pula. Umar RA dengan tegas menyarankan agar semua tawanan dihukum mati karena mereka adalah musuh-musuh Allah. Mereka telah memerangi Nabi dan kaum Muslimin. Akan tetapi, Nabi pun tidak menjawab usulan Umar. Beliau masuk ke dalam kamarnya.

Kaum Muslimin terbelah dua. Sebagian mendukung pendapat Abu Bakar dan yang lain mendukung usulan Umar. Jika Nabi salah mengelola perbedaan pendapat yang tajam dari dua orang terdekat ini, tentu akan terjadi perpecahan.

Nabi kemudian keluar menemui kaum Muslimin untuk menyampaikan keputusannya. Mula-mula Nabi memuji Abu Bakar. Ibarat malaikat, Abu Bakar itu seperti Mikail yang diturunkan Allah membawa sifat pemaaf kepada hamba-Nya. Kalau Nabi, Abu Bakar seperti Ibrahim yang berkata, Barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Kaum Muslimin yang mendukung pendapat Abu Bakar senang.

Kemudian, Nabi memuji Umar. Ibarat malaikat, Umar itu seperti Jibril diturunkan membawa kemurkaan dari Tuhan dan bencana terhadap musuh-musuh. Kalau Nabi, Umar itu seperti Nuh yang mengatakan, Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Para pendukung pendapat Umar juga senang.

Abu Bakar dan Umar senang Nabi tidak menyalahkan pendapat mereka. Sahabat-sahabat lain juga senang, baik yang pro-Abu Bakar maupun Umar. Tetapi, tugas pemimpin tidak hanya membuat pengikutnya senang tanpa ada keputusan. Bagaimanapun Nabi harus memilih salah satu dari dua pendapat itu. Maka, Nabi memilih pendapat Abu Bakar walaupun kemudian pilihan itu ditegur oleh Allah SWT.

Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah, sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Tatkala pendapatnya tidak dipilih Nabi, Umar rida. Dan tatkala pendapat Umar dibenarkan Allah, Umar tidak menepuk dada, apalagi sampai menyalahkan Nabi. Pemimpin yang bijaksana juga akan melahirkan umat yang bijaksana
--------------

Sumber tulisan: 
http://www.republika.com
http://www.jkmhal.com/main.php?sec=content&cat=2&id=16131

Sumber gambar:
http://www.generativityllc.com/blog/bid/183535/Leader-Wisdom-The-Arc-of-Emotion

Friday, July 06, 2012

Journey of Learning Quotes

Life is a long lesson in humility.Kehidupan adalah sebuah pembelajaran yang panjang akan sikap rendah hati. (James M. Barrie)

True leadership must be for the benefit of the followers, not the enrichment of the leaders. Kepemimpinan yang sesungguhnya harus selalu memberi keuntungan kepada para anggotanya, bukan memperkaya pemimpinnya saja" (Robert Townsend)

Humility is the only true wisdom by which we prepare our minds for all the possible changes of life. Kerendahan hati merupakan satu-satunya kebijaksanaan untuk mempersiapkan pikiran guna menciptakan kemungkinan-kemungkinan perubahan dalam hidup." (George Arliss).

We come nearest to the great when we are great in humility. Kita akan menjadi orang hebat ketika kita mampu bersikap rendah hati." (Rabindranath Tagore).

Kepemimpinan Inovatif di Era Teknologi

Inovasi adalah salah satu faktor yang menentukan kesuksesan organisasi dan pemimpinnya. Pemimpin yang sukses sejatinya adalah pemimpin yang inovatif—terutama di masa kini, dimana kompetisi bisnis semakin ketat dan teknologi kian berkembang.
Implementasi teknologi telah melahirkan beragam bisnis baru. Teknologi pula yang mendorong lahirnya berbagai perusahaan baru atau startup di Tanah Air. Kini, tantangan yang dihadapi oleh para pemimpin tidak hanya soal bagaimana mencapai target, tetapi juga soal bagaimana membangun organisasi dan mengembangkan bisnisnya. Para pemimpin dituntut untuk dapat fleksibel, mampu menangkap peluang baru, dan terus berinovasi.
Berikut adalah beberapa ciri pemimpin yang inovatif:
  • Memiliki passion
    Dia fokus pada hal-hal yang ingin diubah, tantangan-tantangan yang ada, serta strategi untuk menghadapi tantangan-tangangan tersebut. Passion akan membuat seorang pemimpin tetap berenergi dan bisa menyemangati timnya, bahkan dalam kondisi terpuruk sekalipun.Passion akan mendorong pemimpin mencapai mimpinya.
  • Memiliki visi
    Inovasi memiliki tujuan. Pemimpin tidak bisa mengharapkan timnya bisa berinovasi jika mereka tidak mengerti arah tujuan organisasi. Pemimpin yang besar banyak menghabiskan waktunya untuk menggambarkan visi dan tujuan organisasi, serta tantangan yang menghadangnya. Mereka mampu menginspirasi banyak orang untuk menjadi sukses dengan mengandalkan inovasi.
  • Memandang perubahan sebagai tantangan
    Pemimpin yang inovatif memiliki ambisi dan tak pernah puas dengan kondisi “nyaman”. Mereka kerap menyuarakan perubahan. Bagi mereka, berdiam atau berpuas diri dengan kondisi saat ini lebih berisiko ketimbang menjajal sesuatu hal yang baru. Mereka akan terus mencari kesempatan untuk membesarkan organisasinya.
  • Berani bertindak di luar aturan
    Untuk berinovasi, tak jarang seorang pemimpin perlu menantang aturan yang ada. Bisnis itu ibarat seni. Perusahaan dituntut untuk kreatif mencari cara-cara baru demi memuaskan pelanggan.
  • Tidak takut gagal
    Pemimpin yang inovatif menganggap kegagalan sebagai bagian dari pelajaran untuk mencapai kesuksesan. Ia cenderung melihat nilai dan potensi yang dimiliki oleh organisasinya—bukan hanya melihat besar biaya operasional.
  • Mau berkolaborasi
    Kolaborasi menjadi kunci bagi banyak CEO untuk sukses dengan inovasi. Ketika mereka menemukan bahwa sumber daya yang mereka miliki kurang memadai untuk mencapai tujuan organisasi, mereka tak menutup kemungkinan untuk berpartner dengan pihak lain. Sudah banyak perusahaan besar berkolaborasi untuk menciptakan inovasi. Contohnya adalah Apple dengan produsen sepatu olahraga Nike. Kedua perusahaan yang masing-masing telah sukses dengan produknya menciptakan produk-produk inovatif, seperti Nike+iPod Sport Kit, perlengkapan olahraga yang terdiri dari sepatu Nike dan iPod yang dihubungkan dengan teknologi wireless. Alat ini antara lain memungkinkan iPod untuk mengukur jarak lari yang ditempuh oleh pengguna sepatu. Contoh kolaborasi lain dilakukan oleh produsen mobil Mercedes dengan produsen jam Swatch dalam menciptakan mobil Smart.
    --------------------------------------------------
    Sumber:

Recent Comments