Wednesday, January 30, 2013

Film-Film yang Penuh Inspirasi dan Pesan yang Dalam

1. Beautiful Mind
 
Sebuah film yang bercerita tentang perjuangan luar biasa seorang penerima Nobel Ekonomi, John Forbes Nash (Russel Crowe) yang menderita gangguan Schizoprenia paranoid. Dukungan keluarga [terutama istrinya], sahabat-sahabatnya, sejawatnya di kampus, membuat John Nash bisa “berdamai” dengan halusinasi dan delusi yang menjadi simptom utama schizoprenia.

Film ini luar biasa dari segi penceritaannya. Juga menampilkan kejeniusan Nash yang diatas rata-rata, halusinasi dan delusi yang terus menghantuinya, pengobatan schizoprenia yang saat itu masih menggunakan insulin shock-therapy, dukungan istri dan rekan-rekannya dalam karirnya di Princeton University, dan masih banyak lagi. Temanya memang sangat psikologis.

Film yang disutradarai oleh Ron Howard dan dibintangi antara lain oleh Jennifer Connely (Alicia Nash), Paul Bettany (Charles Herman), Ed Harris (William Parcher), dan Adam Goldberg (Sol) ini mendapat Oscar di tahun 2001.
------------------------------------------------------------------
Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart.
(John F. Nash)
------------------------------------------------------------------
 2. The Insider
 
Film ini mengajarkan tentang arti sebuah profesionalitas dan pengungkapan kebenaran bagi diri saya. The Insider bercerita tentang Dr. Jeffrey Wigand (Russel Crowe) yang dipecat dari perusahaan rokok Brown & Williamson karena tidak menyetujui kebijakan perusahaan. Wigand memiliki informasi berharga tentang kebijakan perusahaan rokok itu yang dinilainya merugikan publik, namun dia terikat pada Confidential Agreement.

Lowell Bergman (Al Pacino), seorang produser acara 60 Minutes di CBS, menyarankan Dr. Wigand untuk mengungkapkan informasi itu dalam acara 60 Minutes di CBS. Disinilah “pertempuran” dimulai. Setalah informasi itu berhasil ditayangkan, Bergman memilih mundur dari CBS dengan alasan tidak ingin kasus serupa terjadi. Pelajaran yang sangat berharga bahwa kerahasiaan identitas informan adalah hal yang sangat dijunjung tinggi di dunia pers.

Film yang disutradarai oleh Michael Mann ini menjadi nominasi Oscar pada tahun 1999, namun dikalahkan oleh film American Beauty.
------------------------------------------------------------------
And I don’t like paranoid accusations ! I’m a journalist. Think. Use your head. How do I operate as a journalist by screwing the people who could provide me with information before they provided me with it ?
(Lowell Bergman)
------------------------------------------------------------------
3. Life is Beautiful
 
Film yang disutradarai oleh Roberto Benigni ini bercerita tentang kisah satu keluarga yang mengalami penderitaan selama kekuasaan NAZI pada Perang Dunia II. Guido Orefice (Roberto Benigni) beserta istrinya, Dora (Nicoletta Braschi) dan anaknya, Giosue (Giorgio Cantarini) dimasukkan ke kamp konsentrasi oleh NAZI dan mengalami berbagai kesulitan selama berada disana.

Disitulah perjuangan itu dimulai. Bagi Guido, walaupun berada dalam kamp konsentrasi dan mengalami penderitaan fisik dan mental, hal yang selalu diingat dan dilakukannya adalah : mengganggap bahwa hidup itu indah. Dengan segala cara dia membuat agar anaknya bisa bahagia dan merasakan keindahan hidup itu sendiri.

Film ini mendapat Oscar di tahun 1998 untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik (Best Foreign Language).
------------------------------------------------------------------
This is the sacrifice my father made for me.
(Giosue Orefice)
------------------------------------------------------------------
 4. The Pursuit of Happiness
 
Christopher Gardner(Ayah):
Hey, jangan pernah biarkan siapapun mengatakan.... kamu tidak bisa melakukan sesuatu hal
Bahkan jika aku yang mengatakannya.
Mengerti ?
Christopher(anak):
Baiklah.
Christopher Gardner(ayah):
Jika kamu mempunyai mimpi... Kau harus menjaganya dengan baik
Mereka yang memberi tahu bahwa kamu tidak bisa melakukan sesuatu, itu karena mereka sendiri tidak mampu melakukannya.
Jika kamu menginginkan sesuatu, maka pergi dan raihlah.
Titik.

Potongan pembicaraan ini adalah salah satu scene dari film pursuit of happyness yang dibintangi oleh will smith. Dirilis pada tahun 2006, film ini sangat direkomendasikan untuk anda yg sedang putus asa,atau lemah semangat. Didalamnya menceritakan perjuangan tentang seorang sales yang ditimpa kemalangan2 dan ketidak suksesan baik secara finansial maupun dlm kehidupan rumah tangga, namun tetap terus berusaha sampai akhir. Dari keadaan ditinggal istrinya dan menjadi orang tua tunggal, hidup berpindah2 di penampungan gelandangan, menjadi seorang pemilik perusahaan broker dan milyuner di akhir hidupnya. Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata, dan mengingatkan kita untuk selalu menjaga mimpi2 kita dalam keadaan seburuk apapun.

5. 3 Idiots
 
Di India (dan mungkin banyak di banyak negara, termasuk Indonesia) muncul anggapan bahwa untuk menjadi orang yang sukses, orang harus menjadi yang terbaik di kampus. Dengan demikian ia akan mendapatkan pekerjaan terbaik, menjadi orang kaya dan memperoleh jodoh yang baik.

Jika dia gagal dalam akademis, masa depannya akan suram. Hal ini yang kemudian dilawan oleh tokoh Rancho yang menjadi sentral dalam film inspirasi ini.
Ada banyak hal yang menarik untuk dipelajari dari 3 Idiots. Film inspirasi yang menyentil masalah pendidikan ini mempertanyakan sistem pendidikan yang ada. Pendidikan yang seharusnya mengembangkan manusia justru malah menekan potensi manusia itu sendiri.

Manusia tidak lagi memiliki kebebasan berpikir, tetapi harus berpikir menurut sistem yang dalam film ini diwakili oleh sosok Viru S. Sebagai contoh, mahasiswa tidak boleh menciptakan definisi sendiri, tetapi harus menuruti buku teks.

Mahasiswa juga dipaksa mengikuti tenggang waktu yang terkadang tidak masuk akal tanpa ada toleransi sedikit pun. Dosen dan kampus akhirnya menjelma sebagai tokoh otoriter yang bertindak semaunya.

3 Idiots juga menyoroti masalah pilihan bebas. Saat seorang anak lahir, ia telah diberi beban dari orang tuanya. Anak laki-laki, misalnya, dipaksa menjadi insinyur. Anak perempuan menjadi dokter. Harapan orang tua terhadap anak begitu tinggi hingga pada akhirnya, anak yang tidak bisa memenuhi harapan orang tua akan menjadi tidak bahagia, stress dan mungkin saja mencoba bunuh diri seperti yang digambarkan dalam tokoh Raju.

Adalah tokoh Rancho yang mengajarkan pentingnya menjalani hal yang paling kita sukai. Karena hanya dengan berani mengejar passion kita, kita dapat berbuat yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain. Hal ini yang pada akhirnya membuat Raju berani menghadapi banyak hal dan membuat Farhan berani keluar dari kampus demi mengejar karirnya sebagai fotografer.

Karena seperti kata tokoh Farhan yang kurang lebih berkata, “Kalau saya miskin dalam menjalani pilihan saya, saya hanya akan menyalahkan diri sendiri. Akan tetapi kalau saya miskin dalam menjalani pilihan ayah, saya akan menyalahkan ayah.”

Tokoh Ranchu sendiri digambarkan pada akhirnya berhasil membangun sekolah impiannya. Sebuah sekolah yang memacu muridnya untuk kreatif, menciptakan alat-alat dan bebas dari tuntutan konvensional masyarakat. Bukan itu saja, ia berhasil membuktikan kepada Chatur, bahwa kesuksesan bisa lahir tanpa harus mengikuti aturan pakem dunia pendidikan.

Secara keseluruhan film inspirasi ini mengajarkan pada kita tentang pentingnya kebebasan berpikir dalam pendidikan dan pentingnya mengejar hal yang paling penting bagi kita untuk memaksimalkan potensi dalam diri kita. Setelah itu, maka kekayaan dan kesuksesan akan mengikuti dengan sendirinya.

Hal ini sangat relevan dengan situasi sekarang. Orang berusaha mencari uang sebanyak-banyaknya tapi mungkin tidak bahagia karena pekerjaan itu bukanlah bidang yang mereka cintai.

Sejauh ini, film inspirasi 3 Idiots merupakan film Bollywood dengan pendapat tertinggi sepanjang masa. Sebelumnya, film dengan rekor pendapatan tertinggi adalah Ghajani, yang juga dibintangi oleh Aamir Khan.

Film inspirasi ini juga diganjar sejumlah penghargaan, mulai dari 6 Film fare Award untuk film dan sutradara terbaik, sepuluh Star Screen Awards dan enam belas IIFA Awards. Film inspirasi ini diangkat secara bebas dari novel Five Point Someone oleh Chetan Bhagat.

Motivation Word From 3 Idiots
  1. Seberapa besarpun masalah, yakinkan hatimu bahwa semua pasti baik baik saja, dgn begitu hatimu bisa tenang
  2. Insinyur itu org org pintar, tapi mereka blm bisa menemukan alat utk mengukur tekanan mental
  3. Tidak ada yang tahu bagaimana masa depan kita
  4. Hidup ini seperti perlombaan, kalau kalian tidak cepat, kalian akan kalah
  5. Hati kita itu mudah takut. yg pnting bgaimna cara kita meyakinkan hati kita jika smua itu psti akan baik-baik saja
  6. Give me some sunshine. Give me some rain. Give me another chance. I wanna grow up once again
  7. Ini universitas. Bukan panci masak bertekanan tinggi yang hanya membuat pikiran org tertekan.
  8. Jgn belajar utk menjadi kaya saja. Tapi belajarlah menjadi ahli
  9. Untuk apa mempublikasikan kelemahan orang didepan umum
  10. Tingkatan hanya menciptakan perpecahan
  11. Melihat teman kita tdk lulus itu sgt menyedihkan.
  12. Kau yg memulainya, tapi kau juga yg harus mengakhirinya
  13. Jgn mengejar kesukseskan. Jadilah insinyur hebat, dan kesuksesan akan menghampirimu.
  14. Itulah akibatnya bila menghafal tanpa memahami. Kau akan menghabiskan 4 tahun utk belajar, 40 tahun utk menyesali.
  15. Buat yang menjadi hobimu, menjadi pekerjaanmu, dengan begitu kau akan bekerja seperti bermain.
6. Patch Adams
 
 Arthur:
How many do you see ?
Adams:
There are four fingers, Arthur.
Arthur:
No, no, no. Look at me.
Adams:
What ?
Arthur:
You're focusing on the problem.
If you focus on the problem, you can't see the solution.
Never focus on the problem.
Look at me ! How many do you see ?
No, look beyond the fingers. How many do you see ?
Adams:
Eight.
Arthur:
Eight. Eight.
Yes ! Yes !
Eight's a good answer.
Yes.
See what no one else sees!
See what everyone else
chooses not to see...
out of fear and conformity and laziness.
See the whole world a new each day.
----------------------------------------------------
"You're focusing on the problem. If you focus on the problem, you can't see the solution." 
Film drama komedi produksi tahun 1998 ini berdasarkan kisah nyata tentang Dr. Hunter “Patch” Adams yang terkenal dengan metode penyembuhannya yang tidak lazim dan melawan pakem tradisional kedokteran. Kisahnya dimulai dengan Hunter Adams (Robin Williams) yang depresi lantaran ditinggal pacarnya namun secara sukarela masuk ke rumah sakit jiwa lantaran ingin sembuh.

Ketika berada dalam perawatan di rumah sakit, Hunter mulai menemukan jalan hidupnya. Di sana ia menikmati bisa menolong pasien lain lantaran melihat dokter dan staf bersikap kaku pada para pasien. Ia menolong para pasien dengan humor dan tawa. Sejak itu Hunter yang kemudian lebih dikenal dengan julukan Patch bertekad menjadi dokter agar bisa membantu banyak orang.

Namun di sekolah kedokteran, Patch melihat metode pengobatan yang diajarkan sangat kaku karena hanya melihat sisi badaniah dan mengabaikan sisi rohaniah. Patch menganggap pengobatan harusnya mencakup dua sisi tersebut serta melihat humor adalah obat terbaik untuk kesehatan. Metode yang digunakannya sangat ditentang para dokter dan profesor sekolah kedokteran yang tidak suka metode mereka dipertanyakan.

Tetap saja Patch maju terus, tidak peduli kecaman atau gugatan dari kolega di dunia medis. Setelah lulus kedokteran, Patch kemudian mendirikan klinik sendiri yang bernama Gesundheit Clinic agar lebih leluasa menggunakan metodenya dan juga ingin membantu banyak pasien miskin yang tidak terjangkau sistem kesehatan Amerika yang mahal dan elitis. Namun lantaran Patch berpraktek tanpa izin praktek, ia lalu diajukan ke dewan kehormatan kedokteran, Medical Review Board.

Patch Adams adalah seseorang yang nyata, ia adalah seorang dokter dan juga “badut” (ia suka berpakaian seperti badut) yang terlahir dengan nama Hunter Doherty Adams pada tahun 1945, anak kedua dari seorang ibu yang bekerja sebagai guru dan seorang ayah – mayor pada US army, ia adalah seorang aktivis sosial yang percaya bahwa gelak tawa, keceriaan, dan kreativitas adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses penyembuhan seseorang.
---------------------------------
Saya ingat dua tahun yang lalu pernah menjenguk seorang tante yang terkena penyakit diabetes sehingga kakinya luka dan mulai membusuk. Ia dirawat inap dii sebuah rumah sakit selama beberapa hari hingga akhirnya dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya tetapi ia tidak bersedia. Suatu hari saat sang tante hanya dijaga seorang ‘asisten pribadi’-nya, saya menjenguknya. Dokter ahli yang menangani menyuruh menyampaikan melalui asisten (dokter)-nya rencana itu kepada saya. Tak lama kemudian dokter yang bersangkutan muncul. Ia memberi tahu hal itu seolah itu adalah vonis yang tak boleh ditawar. Saya yang mendengar hal ini merasa ada jalan buntu di depan, satu-satunya jalan agar jalan itu terbuka hanyalah ‘amputasi’. Tante saya berkeras tak mau diamputasi. Ia menolak. Sang dokter tersinggung, seolah merasa diremehkan kredibilitasnya. Sikap arogannya sungguh tak enak bukan hanya di mata, juga di hati. Kini tante saya baik-baik saja, lukanya telah tertutup dan sembuh. Meski ia tak sekuat dulu karena tertatih-tatih jika berjalan, Allah menunjukkan kuasa-Nya kalau ia bisa tak diamputasi. Pengobatan herbal membantu perkembangannya hingga kini. Untung saja saat itu tante saya itu segera keluar dari rumah sakit, jika tidak ia mungkin akan sangat tertekan di sana dan penyakit bisa semakin gawat.
---------------------------------
Sejalan dengan Dr. Patch Adams, Dr. Rita Charon, seorang guru besar fakultas Kedokteran di Universitas Columbia, berupaya menempatkan ‘cerita’ pada inti diagnosa penyembuhan. Ia meluncurkan satu gerakan medis naratif dalam sebuah artikelnya berjudul Narrative Medicine: A Model for Empathy, Reflection, Profession, and Trust” pada tahun 2001 dalam Journal of The American Medical Association yang menyerukan suatu pendekatan yang utuh terhadap perawatan medis:

Kedokteran yang mampu secara ilmiah itu sendiri tidak dapat membantu seorang pasien untuk menghadapi penyakitnya atau menemukan makna dalam penderitaannya. Bersama dengan kemampuan ilmiah, para dokter memerlukan suatu kemampuan untuk mendengar cerita-cerita dari pasien, memahami dan menghormati makna-maknanya, dan tergerak untuk bertindak atas nama pasiennya.

Mempelajari cerita pasien membantu seorang dokter untuk berhubungan lebih baik kepada pasien dan menilai kondisi pasien saat itu dalam konteks cerita kehidupan yang utuh dari orang itu. “Menjadi seorang dokter yang baik, membutuhkan kompetensi naratif: kompetensi yang digunakan manusia untuk menyerap, menafsirkan, dan merespon cerita-cerita,” demikian kata Charon.

Pada tahun 1990-an, kira-kira sepertiga dari fakultas-fakultas Kedokteran di merika menawarkan kuliah humaniora. Saat ini tiga per empat menawarkannya. Bellevue, rumah sakit umum legendaris di New York City, menerbitkan jurnalnya sendiri – Bellevue Literary Review. Bahkan jurnal-jurnal sastra pun telah muncul di fakultas-fakultas Kedokteran di Columbia, Universitas Negara Penn, dan Universitas Mexico). Editor kepala jurnal Be;;evue, Dr. Danielle Ofri, yang mengajar mahasiswa-mahasiswa kedokteran, mengharuskan bawahannya yang masih muda untuk menuliskan setidaknya salah satu dari sejarah para pasiennya sebagai sebuah cerita – untuk menceritakan kisah pasien dari sudut pandang pasien itu sendiri agar mereka memiliki keterampilan yang lebih baik dalam berhubungan dengan pasien mereka.

Tentu saja kompetensi naratif tidak dapat menggantikan keahlian teknis. Namun pendekatan Charon dapat membantu para dokter untuk mengilhami kerja mereka dengan empati yang lebih dalam. Mahasiswa Charon menyimpan dua lembar kertas informasi berkenaan dengan masing-masing pasien. Di satu kertas mereka memasukkan informasi kuantitatif dan bahasa medis dari catatan laporan rumah sakit. Selain itu para mahasiswa mencatat cerita-cerita tentang pasien mereka dan mendeskripsikan emosi-emosi mereka. Menurut penelitian pertama untuk menguji metode ini, para mahasiswa yang menyimpankertas laporan ‘paralel’ itu mempunyai hubungan yang lebih baik dengan para pasiennya dan keterampilan mewawancara dengan teknis yang lebih baik, ketimbang teman-temannya yang tidak melakukannya. Cerita-cerita itu sendiri tidak akan menyembuhkan orang sakit. Namun dikombinasikan dengan teknologi modern, mempunyai kekuatan penyembuhan yang tidak dapat dibantah. Ini mungkin menjadi masa depan kedokteran: para dokter yang dapat berpikir secara tepat dan merasakan secara empati, para dokter yang dapat menganalisa sebuah tes dan menghargai sebuah cerita – para dokter dengan satu pikiran baru yang utuh.
---------------------------------
Pesan Moral:
Ini berlaku ketika kita berada didalam suatu lingkup kumpulan baik organisasi formal maupun informal, dimana empati akan memiliki pengaruh yang baik didalam lingkungan itu sendiri.
--------------------------------------

7. Something The Lord Made
 
Film ini bercerita tentang seorang amerika berkulit hitam yg bernama Vivien Thomas (dibintangi oleh Mos Def) yang lahir pada 29 Agustus 1910 dan meninggal pada 26 November 1986, sebenarnya dia bercita-cita menjadi seorang dokter bedah, tetapi uang tabungannya menghilang bersamaan dengan bangkrutnya bank tempat menyimpan uangnya, akhirnya dia mendaftar menjadi asisten lab seorang dokter bedah dr. alfred blalock (yg dibintangi oleh Alan Rickman), profesor bedah di Universitas Vanderbilt di Nashville, Tennessee kemudian di Universitas Johns Hopkins di Baltimore, Maryland. Walaupun tidak mengenyam pendidikan tinggi, Thomas berjuang untuk mendapatkan kesetaraan ras dalam hal pekerjaan. Thomas mengembangkan sebuah metode untuk membedah pasien sindrom bayi biru pada tahun 1946, dimana aorta pasien tertukar. Thomas pernah mengerjakan sebuah pembedahan sulit yang disebut atrial sepectomy. Thomas mengerjakan pembedahan ini dengan sangat lancar.

Kemudian, Thomas menjadi legenda sebagai orang yang mengembangkan teknik bedah yang efisien. Para ahli bedah seperti Cooley, Haller, dan Spencer mempraktekkan teknik ini, dan mereka menjadi bagian terdepan dalam kedokteran Amerika Serikat. Sayangnya, jasa Vivien Thomas tetap tidak dihargai. Bahkan ia lebih rendah gajinya dibandingakn teknisi lab berkulit hitam lainnya. Seringkali, ia menjadi pelayan Blalock saat Blalock mengadakan pesta di rumahnya.

Vivien Thomas kemudian menjadi Direktur Laboratorium Bedah di Johns Hopkins. Thomas mendidik beberapa teknisi lab Afro-Amerika yang kemudian terkenal di Amerika. Setelah pensiun, Thomas menulis sebuah autobiografi yang berjudul Partners of the Heart. Dia juga menerima gelar kehormatan doktor hukum, karena dilarang memperoleh gelar doktor medis. Thomas juga ditunjuk sebagai Instruktur Bedah di Sekolah Kedokteran Johns Hopkins. Sekarang, nama Vivien Thomas dipakai untuk nama penghargaan beasiswa.
--------------------------------
Pelajaran yg bisa diambil dari film ini adalah teruslah berusaha, apapun halangan dan rintangan yang kita hadapi, jangan langsung terpuruk dengan keadaan kita yang sekarang, karena mungkin kebahagiaan akan terlihat dengan usaha yang kita lakukan.
--------------------------------
Sumber:
*Hasil nonton film tersebut
*Dari berbagai sumber lainnya

5 comments:

  1. list e uapik mas :)
    Top Pokoe upup ;)

    ReplyDelete
  2. Thanks Mas Itank, Mas ji Soft dan Mas Benny Kusnoto...
    Semoga kita bisa mendapatkan hikmah dari film tersebut...:-)
    Makasih udah mampir di Blog Saya.....

    ReplyDelete
  3. Ulasannya mantap, sekalian review film2 terlaris dari Indonesia gan, pingin tahu film apa aja yang paling banyak di tonton di negeri kita ini. Peluang yang bagus bagi penjual DVD/CD Film Indonesia tentunya.
    Download contoh soal psikotes pdf gratis
    Cara membuat file PDF dengan Aplikasi PDF Converter
    Antivirus terbaik dan cara update antivirus avast terbaru

    ReplyDelete

Recent Comments